pengolahan kopi robusta dengan bantuan hewan luak



LOMBA TEKNIK TERAPAN

PENGOLAHAN KOPI ROBUSTA(coffea robusta l) DENGAN BANTUAN FERMENTASI HEWAN LUAK (Parodoxorus hermaphroditus)


Diusulkan Oleh :

                                             Ketua    : Pebriyansah
                                             BP.         :0911323011
                                             PS          : Manajemen Perkebunan

Anggota :
                                             1.           Nama: Indra laksmana lubis
                                                  BP.    : 0901311020
                                                  PS     : Budidaya Tanaman Perkebunan

                                             2.           Nama : Mardhiatul Husna
                                                  BP.    : 1001361001
                                                  PS     : Agribisnis




POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH
SUMATRA BARAT
2011


LEMBAR PENGESAHAN

1.    JUDUL : PENGOLAHAN KOPI ROBUSTA(coffea robusta l) DENGAN BANTUAN FERMENTASI HEWAN LUAK (Parodoxorus hermaphroditus)

2.    Ketua Pelaksana       :
a. Nama Lengkap                     : Pebriyansah
b. NBP                                    : 09011323011
c.  Jurusan/Program Studi            :Manajemen Perkebunan
d. Politeknik                             :Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
e. Alamat Rumah/telp/fax           :Jl. Raya Negara KM 7 tanjung Pati

3.    Anggota Pelaksana                     : 2 (dua) orang

4.    Dosen Pendamping :
a. Nama Lengkap dan gelar        : ELVIATI.SP. MSi
b. NIP                                     : 197410251999032001

5.    Biaya Kegiatan Total :
a. DIPA Politani                         :
b. Sumber Lain                         : -
c.  Jumlah                                :
6.    Jangka Waktu :                          : 3 Bulan


Tanjung Pati, 18Juni 2011
     Menyetujui :
     Ketua Program Studi                               
     Manajemen Perkebunan                           Ketua Pelaksana,

    

ELVIATI.SP. MSi                                          PEBRIYANSAH
     NIP . 197410251999032001                       NoBP. 0911323011


     Mengetahui :
     Pembantu Direktur III                              Dosen Pembimbing :
     Politeknik Pertanian Negeri
     Payakumbuh




Ir. YUDISTIRA, M.Si                                ELVIATI.SP. MSi
     NIP .196010271987031004                              NIP.197410251999032001


A.PENGOLAHAN KOPI ROBUSTA(coffea robusta l) DENGAN BANTUAN FERMENTASI HEWAN LUAK (Parodoxorus hermaphroditus)

B.Latar Belakang Masalah
Tanaman kopi merupakan tanaman yang sangat familiar di lahan pekarangan penduduk pedesaan di Indonesia. Tanaman kopi juga merupakan salah satu dari sekian banyak tanaman perkebunan yang dapat menambah pendapatan masyarakat maupun devisa bagi Negara. Tercatat padatahun  2001 komoditas kopi mampu menghasilkan devisa sebesar US$ 595,7 juta dan menduduki peringkat pertama diantara komoditas subsektor perkebunan (Sri Najianti & Danarti, 2004).
Salah satu jenis kopi yang paling banyak diminati dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi adalah  kopi luak, yaitu kopi Arabica atau robusta yang telah dipilih dan dimakan hewan luak (Parodoxorus hermaphroditus) atau dikenal juga sebagai luak, musang,dan rase pada beberapa daerah. Kemashyuran kopi ini telah lama diketahui, namun baru menjadi terkenal luas di peminat kopi gourment setelah dipublikasikan pada tahun 1980 – an, biji kopi luwak adalah yang termahal di dunia yaitu mencapai US$ 100 per 450 gram.  Kopi luwak tergolong kopi yang mahal karena kelangkaannya serta proses pembuatannya yang tidak lazim.
Kandungaan protein yang terdapat pada kopi luwak lebih rendah dari pada kopi biasa karena perombakan protein melalui fermentasi lebih opotimal. Protein ini berperan sebagai pembentuk rasa pahit pada kopi saat disangrai sehingga kopi luwak tidak sepahit kopi biasa karena kandungan proteinnya rendah.
Potensi kopi luak di Indonesia tersebar di beberapa wilayah yang memiliki perkebunan kopi yang cukup luas dan perkebunan  tersebut biasanya  berada di pinggir hutan yang merupakan habitat dari binatang luak. Kopi luak asli yang dihasilkan hingga saat ini adalah hasil dari pengumpulan dari alam. Dimana dengan melihat kondisi ini maka jumlah kopi luak sangat bergantung dengan alam, sehingga sulit untuk  memprediksi jumlah produksinya.


C. Perumusan Masalah
Kopi Luwak adalah kopi yang telah dipilih dan dimakan oleh luwak (Paradoxorus hermaproditus) atau dikenal juga sebagai luwak, musang dan rase pada beberapa daerah. Luwak memilih buah kopi yang mempunyai tingkat kematangan yang optimum berdasarkan rasa dan aroma serta memakannya dengan mengupas kulit luarnya dengan mulut, lalu menelan lendir serta bijinya.
Biji kopi yang masih terbungkus kulit ari yang keras (kulit tanduk/parchment) tidak hancur dalam pencernaan luwak karena system pencernaan luwak yang sederhana sehingga saat keluar bersama feses biji kopi masih utuh terbungkus kulit tanduk. Pada saat biji berada dalam system pencernaan luwak, terjadi proses fermentasi secara alami selama kurang lebih 10 jam.
Prof. Massiomo Marcone dari Guelpg University, Kanada, menyebutkan fermentasi pada pencernaan luwak ini meningkatkan kualitas kopi karena selain barada pada suhu fermentasi optimal 24 - 260 Celcius juga dibantu dengan enzim dan bakteri yang ada pada pencernaan luwak. Kandungan protein kopi luwak lebih rendah ketimbang kopi biasa karena perombakan protein melalui fermentasi lebih optimal. Protein ini berperan sebagai pembentuk rasa pahit pada kopi saat disangrai sehingga kopi luwak tidak sepahit kopi biasa karena kandungan proteinnya rendah.

D. Tujuan :
            Adapun tujuan dari “Pengolahan kopi robusta dengan bantuan fermentasi hewan luwak” adalah:
1.    Menghasilkan kopi luak yang bermutu tinggi
2.    Menghasilkan  cara pengolahan kopi luak dengan memanfaatkan hewan luak
  1. Dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat tentang tata cara pengolahan kopi luwak

E. Luaran Yang Diharapkan
            Dari ilmu terapan ini dihasilkan luaran berupa bubuk kopi  Luwak dengan Kualitas yang baik dan kadar Protein rendah, serta Aroma dan cita Rasa Kopi yang Khas.
F. Tinjauan Pustaka
1. Kopi
Kopi merupakan bahan minuman tidak saja terkenal di Indonesia tapi juga terkenal di seluruh dunia.  Hal ini disebabkan karena kopi yang bentuk bubuk maupun seduhannya memiliki aroma yang khas yang tidak dimiliki oleh bahan minuman lainnya.
Di dalam dunia perdagangan kopi hanya dapat di perdagangkan dalam bentuk kopi kering yang sudah terlepas dari daging buah dan kulit arinya, maksudnya kopi yang diperdagangkan tersebut adalah biji beras atau “mark coffe” (Aksi Agribisnis Kanisus 1988).
Menurut Sri Najiyati dan Danarti (1990),buah kopi terdiri dari daging buah dan biji.Biji kopi terdiri dari dua bagian yaitu:
1.    Selaput perak / kulit ari
Kulit ari merupakan kulit biji yang tipis yang membalut biji kopi.
2.    Endosperm
Pada biji terdapat saluran yang arahnya memanjang pada bagian dalam.sejajar dengan saluran tersebut terdapat satu lubang yang berukuran sempit.Pada putih lembaga terdapat lembaga (embrio) dan dasar akar.
Kopi bukan hanya sekedar minuman yang  beraroma khas dan merangsang karena mengandung kaffein dan beberapa zat yang brmanfaat bagi tubuh meskipun kadarnya tidak terlalu tinggi, akan tetapi komposisi kopi berbeda beda tergantung pada jenis tanah, jenis kopi, ketinggian tempatnya dan pengolahan biji kopinya.  Untuk lebih jelasnya kandungan kopi dapat dilihat dalam table 1.

Tabel 1. Komposisi kimia, vitamin, dan mineral kopi sebelum dan sesudah direndang
Komposisi
Kadar(%)
Kopi beras
Kopi Rendang
Air
11,25
1,15
Kaffein
1,21
1,24
Lemak
12,27
14,48
Gula
8,55
0,66
Selulosa
18,07
10,89
Abu
3,92
4,75
Vitamin Dan Mineral

3.    Vitamin B1
0,2
0
4.    Vitamin B2
1,23
0,3
5.    Vitamin B6
1,143
0,011
6.    Vitamin B12
0,00011
0,00006
7.    Sodium
4
1,4
8.    Ferrum
3,7
4,7
9.    Flour
0,45
0,24
Sumber : Sri Najiyati dan Danarti (2001)

Pengolahan buah kopi dapat dilakukan dengan dua cara yakni dengan pengolahan basah dan pengolahan kering.  Umumnya pengolahan buah kopi secara basah hanya dijalankan oleh perusahaan besar karena produksi yang dihasilkan perkebunan lebih banyak, maka tidak mungkin hanya dikerjakan oleh tenaga manual, akan tetapi pekerjaan tersebut harus dibantu oleh tenaga mesin. 
Pengolahan kering pada dasarnya hanya dilakukan oleh petani - petani kopi rakyat. Namun perkebunan besar juga melakukan pengolahan kopi secara kering tetapi terbatas hanya pada buah kopi yang  hijau, buah hasil pemetikan awal jumlahnya belum banyak dilakukan karena belu efisien bila dilakukan secara basah. Pengolahan secara kering sangat cocok untuk lahan yang tidak terlalu luas karena alatnya sederhana dan biaya investasi rendah.

2.Luwak ( Musang )
Luwak atau musang(Parodoxorus hermaphroditus), ” lubak” dalam bahasa balinya,  sangat menyukai biji kopi.  Luwak dapat  membedakan tingkat kematangan dari biji kopi dari 90 – 100 %. Padahal biji kopi bukan makanan utama dari luwak, jadi luwakhanya makan biji kopi pada musim panen kopi. Sistem pencernaan luwak yang sangat sederhana, secara alami biji kopi yang di makan luwak mengalami proses permentasi di dalam organ pencernaannya. Proses ini menciptakan rasa unik seperti mengurangi rasa pahit dari rasa kopi, sehingga kopi luwak mempunyai cita rasa special. Karena organ pencernaan luwak sangat sederhana, jadi biji kopi yang masih terbungkus kuli ari tidak hancur dalam proses pencernaanya,  sedikit menjijikan tapi proses tidak berhenti sampai disini. 
Menurut Prof. Massiomo Marcone dari Guelpg University, Kanada, menyebutkan fermentasi pada pencernaan luwak ini meningkatkan kualitas kopi karena selain barada pada suhu fermentasi optimal 24 – 26º Celcius juga dibantu dengan enzim dan bakteri yang ada pada pencernaan luwak. Kandungan protein kopi luwak lebih rendah ketimbang kopi biasa karena perombakan protein melalui fermentasi lebih optimal. Protein ini berperan sebagai pembentuk rasa pahit pada kopi saat disangrai sehingga kopi luwak tidak sepahit kopi biasa karena kandungan proteinnya rendah. Komponen yang menguap pun berbeda antara kopi luwak dan kopi biasa. Terbukti aroma dan citarasa kopi luwak sangat khas. Proses fermentasi tak lazim oleh luwak ini membuat sebagian orang enggan mengkonsumsinya karena jijik atau takut. Padahal menurut Massimo, kandungan bakteri pada kopi luwak yang telah dioven lebih rendah daripada kopi dengan proses biasa.

3. Pengolahan kopi luwak
Berikut proses pengolahan kopi luwak;
1.    Buah kopi Siap panen.
Buah kopi yang siap panen akan diberi untuk dimakan luwak, buah kopi  harus benar – benar matang, karena hanya buah kopi matang (warna merah) yang akan dimakan luwak sebagai makanannya.

2.    Kemudian buah kopi ini diberi untuk dimakan luwak.
Buah kopi matang yang baru dipetik dari pohonnya tidak perlu dilakukan sortasi terlebih dahulu untuk diberi makan luak, karena luak yang akan melakukan sortasi, hewan luak hanya memakan atau memilih kopi yang memiliki tingkat kematangan yang sempurna.
3.    Kotoran yang keluar dari luwak dikumpulkan
Luwak hanya akan mencerna daging buahnya saja,sementara bijinya akan tetap utuh saat dikeluarkan dalam bentuk feces.Biji kopi yang dicari menjadi kopi luwak adalah biji kopi yang menempel pada kotoran luwak tersebut.Secara fisik,biji kopi luwak dan kopi lain (yang sudah dicuci bersih dan kering)bisa dibedakan dari warna dan aromanya.Biji kopi luwak berwarna kekuningan dan wangi,sedangkan biji kopi biasa berwarna hijau dan kurang harum.Dan saat diminum,kopi luwak terasa nikmat,dibandingkan kopi biasa.Sehingga peminum kopi luwak sudah otomatis mengetahui rasa antara kopi luwak dan kopi biasa.

4.  Biji kopi luwak dibersihkan dan dikeringkan.
Proses pencucian yang kami lakukan minimal sebanyak 5 kali dengan mengganti air pencucian.Hingga didapatkan biji kopi yang masih terbungkus kulit tanduk yang berwarna putih kekuningan.
5.    Kemudian dijemur secara alami di bawah terik matahari.
Proses penjemuran/pengeringan ini harus benar-benar sempurna untuk memudahkan proses pengupasan kulit tanduk dan untuk mengurangi kadar air yang terkandung didalam kopi luwak.Mulai tahap ini dibutuhkan keseriusan dan perlakuan yang teliti terhadap kopi luwak.Dengan tujuan untuk menghindarkan sisa-sisa bakteri maupun "rayap" yang mungkin masih menempel.  Karena jika kurang teliti dapat mengakibatkan pelapukan,dan "rayap" akan memakan kopi luwak.
6.    Setelah kering,biji kopi luwak dikupas/dipisahkan dari kulit tanduknya.
Caramengupas kulit tanduk biji kopi luwak adalah dengancara tradisional yaitu menumbuknya di alu/lesung,dan dilanjutkan dengan menampinya.
7.    Penjemuran kembali beras/biji kopi luwak yang sudah terpisah dari kulit tanduk.
Penjemuran kembali dilakukan untuk mengurangi kadar air yang terkandung di dalam kopi, dan membunuh bakteri yang mungkin masih tertinggal pada penjemuran pertama.
8.    Pencucian sampai bersih dan pengeringan.
Pencucian dilakukan untuk memastikan kebersihan biji kopi, karena mungkin pada saat penjemuran masih terdapat debu – debu atau bakteri yang menempel pada kopi.
9.    Perendangan (penyangraian) kopi luak
Perendangan atau sering juga disebut penyangraian yang merupakan pemanasan kopi beras pada suhu 200 – 225 oC, hal ini bertujuan untuk mendapatkan kopi yang berwarna coklat kayu manis kehitaman.  Pada proses perendangan, kopi juga akan mengalami perubahan warna yaitu berturut turut dari hijau atau cokelat muda menjadi coklat kayu manis kemudian menjadi hitam dengan permukaan berminyak.  Tanda dari penyangraian dihentikan apabila kopi sudah berwarna kehitaman dan mulai tampak pecah – pecah (retak).
          Umumnya perendangan yang dilakukan yang dilakukan oleh para petani adalah secara tradisional dengan tempat berupa kuali yang terbuat dari tanah, baja atau besi.  Penyangraian biji kopi akan mengubah secara kimiawi kandungan – kandungan dalam biji kopi, disertai susutnya bobot biji kopi, perubahan warna bijinya.  Kopi biji setelah disangrai akan mengalami perubahan kimia.  Penyangraian sangat menentukan warna dan citarasa produk kopi yang akan dikonsumsi, perubahan warna biji dapat dijadikan dasar untuk sistem klasifikasi sederhana.
10.   Penggilingan atau penghalusan kopi luak.
Penggilingan merupakan proses pemecahan butir – butir biji yang telah direndang untuk mendapatkan kopi bubuk yang berukuran 75 mesh. Secara umum semakin kecil ukuran yang dihasilkan maka akan semakin baik aroma dan rasa kopi tersebut.
Penggilingan tradisional oleh para petani rakyat dilakikan dengan cara menumbuk biji kopi dengan menggunakan alat yang bernama lumpang dan alu.
Lumpang terbuat dari kayu atau batu sedangkan alu terbuat dari dari kayu.  Setelah ditumbuk sampai halus, bubuk kopi disaring dengan ayakan paling besar 75 mesh.
11.   Pengemasan atau penyimpanan
Kopi yang sudah direndang dan digiling mudah sekali mengalami perubahan, misalnya perubahan aroma, kadar air, dan ketengikan.  Kopi bubuk yang disimpan ditempat yang terbuka akan kehilangan aroma dan berbau tengik setelah 2-3 minggu. Kehilangan aroma ini disebabkan karena menguapnya zat caffeol yang beraroma khas kopi.Sedangkan ketengikan disebabkan karena adanya reaksi antara lemak yang terdapat dalam kopi oksigen yang terdapat di dalam udara.

G. Metode Pelaksanaan
1.Tempat dan waktu pelaksanaan.
Pengolahan kopi luak ini dilaksanakan di upt farm politeknik pertanian negeri payakumbuh, tanjung pati kabupaten limapuluh kota Sumatra barat. Lama pelaksanaan proyek ini ± 2 bulan, yaitu pada bulan oktober - November 2011.
2. Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan.
Di dalam pembuatan kopi luwak terdiri dari beberapa proses, antara lain :
1.    Pengumpulan buah
Kopi robusta yang akan dijadikan kopi luwak dibeli dan dikumpulkan dari petani – petani yang berada di sekitar tangjung pati, kab. Limapuluh kota, Sumatra barat. Yaitu membeli kopi yang memiliki tingkat kematangan yang pas, ditandai dengan kulit buah yang berwarna merah, dan dalam hal ini tidak perlu dilakukan sortasi buah, karena hewan luak sendiri yang akan melakukan sortasi tersebut.
2.    Pemberian makan luwak
Setelah didapatkan kopi – kopi dari petani, kopi tersebut langsung diberikan ke hewan luwak,dan waktu yang tepat untuk memberi makan luwak adalah pada saat pagi hari dan sore hari, selain kopi yang diberikan pada hewan luwak juga diberikan makanan yang lain, yaitu berupa buah – buahan yang merupakan makanan utama dari hewan luwak, hewan luwak yang yang akan memproduksi kopi luwak yaitu sebanyak 3 ekor, dan jenis kelamin hewan luwak yang digunakan untuk memproduksi kopi luwak baik jantan maupun betina tidak menjadi masalah.
3.    Pengumpulan kotoran (kopi) luwak
Setelah lebih kurang 13 jam luwak akan mengeluarkan kotorannya sebanyak ± 200 – 600 gr/satu ekor luwak, kemudian kotoran tersebut dikumpulkan.
4.    Pencucian dan penjemuran kopi luwak
Setelah kotoran luak tadi dikumpulkan, tahap selanjutnya yaitu pencucian kotoran luwak tadi, pencucian dilakukan sebanyak 5 kali dengan terus menerus mengganti air, agar didapatkan biji kopi luwak yang bersih, dan hanya oleh terbungkus kulit tanduk berwarna putih kekuningan, setelah dicuci kopi luwak tadi dijemur di bawah sinar matahari yaitu bertujuan untuk mengurangi kadar air, serta menghilangkan bakteri – bakteri atau rayap yang mungkin masih menempel.
5.    Pemisahan atau pengupasan kulit tanduk
Setelah dilakukan pencucian dan penjemuran tahap selanjutnya yaitu pengupasan kulit tanduk, pengupasan kulit tanduk dilakukan dengan cara tradisional yaitu dengan menggunakan alu/lumpang, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan menampinya.
6.    Penjemuran dan pencucian
Penjemuran kembali dilakukan untuk menguangi kadar air serta membunuh kuman serta bakteri yang mungkin masih menempel pada biji kopi, setelah dijemur biji kopi kembali dicuci untuk menghilangkan kotoran atau debu yang mungkin menempel pada saat penjemuran.
7.    Penyangraian atau perendangan
Penyangraian dilakukan pada suhu 200 – 255ºC, dengan menggunakan kuali yang terbuat dari tanah liat, penyangraian  bertujuan untuk mendapatkan kopi yang berwarna cokelat kehitaman, dan juga aka merubah aroma serta rasa dari kopi tersebut.
8.    Penggilingan
Penggilingan bertujuan untuk menimbulkan atau membangkitkan rasa serta aroma kopi, semakin kecil ukuran kopi karena penumbukan maka rasa serta aromanya semakin baik, dan alat yang biasa digunakan petani tradisional yaitu menggunakan alu atau lumpang.
9.    Pengemasan dan penyimpanan
Tahap terakhir dalam proses pengolahan kopi luak yaitu pengemasan dan penyimpanan kopi, pengemasan bertujuan untuk menghindari kopi dari kotoran – kotoran atau bahkan jamur yang dapat menyerang kopi, serta mencegah menguapnya aroma kopi
3.Waktu dan tempat pelaksanaan Lomba Teknik Terapan

Pelaksanaan Lomba Ilmu Terapan (LTT) dilakukan pada bulan juli yang dilakukan oleh seluruh peserta Lomba Ilimu Terapan.Pelaksanaan Lomba Ilmu Terapan (LTT) ini dilaksanakan di upt FARMPoliteknik Pertanian Universitas Andalas Payakumbuh, Tanjung Pati.

4.Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam pengolahan kopi robusta dengan bantuan fermentasi hewan luwak antara lain:
Alat - alat yang digunakan:
Ø  Ayakan ±75 mesh
Ø  Timbangan
Ø  Ember
Ø  Oven dan Blender
Bahan – bahan yang digunakan:
Ø  Kantong plastic
Ø  Buah kopi  Robusta 200 kg
H. JADWAL KEGIATAN
Rencana pelaksanaan kegiatan proyek ini dilakukan selama ± 2 bulan, jadwal pelaksanaannya dapat dilihat pada table berikut:
Tabel2 .Jadwal pelaksanaan pengolahan kopi robusta dengan bantuan fermentasi hewan luwak.

I. Analisa Biaya 
Adapun perincian biaya yang digunakan dalam rencana pelaksanaan proyek adalah sebagai berikut:

Biaya Penyewaan Alat :
No
jenis alat
satuan
Jumlah
biaya Rp
1
Ayakan
unit
1
 Rp       10.000
2
Timbangan
unit
1
 Rp          5.000
3
Oven
unit
1
 Rp        30.000
4
Blender
unit
1
 Rp        20.000
5
Alu
unit
1
 Rp        15.000
jumlah

  Rp        80.000





Biaya Bahan
No
Jenis bahan
Satuan
Jumlah
Haga/unit
Biaya Rp
1
kopi robusta
kg
250
Rp4,000
Rp1,000,000
2
pakan luwak
kg
100
Rp5,000
Rp500,000
3
plastik 1/2 kg
kg
1/2 kg
Rp3,000
Rp1,500
4
 pembelian hewan luak
ekor
7
Rp100,000
Rp700,000
Jumlah
Rp2,201,500






No
Jumlah pembiayaan
Total
1
Biaya  Penyewaan alat
RP. 80.000
2
Biaya Bahan
Rp.2,201,500
3
biaya lain lain
RP.                                       230.000
Jumlah
 Rp. 2.511.500

K. DAFTAR PUSTAKA

Najiyati, Sri dan Danarti, 1995. Kopi Budidaya dan Penangan Lepas Panen. Penebar Swadaya. Jakarta
Najianti, Sri dan Danarti, 2004. Kopi , Budidaya dan Penangan Pasca Panen. Penebar Swadaya. Jakarta
Siswoputranto. 1993. Kopi Internasional dan Indonesia. Kanisius. Yogjakarta
Toharmat ,Toto.2009.Ahli Nutrisi dan Pencernaan Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB),BOGORhttp://id.shvoong.com/society-and-news/news-items/1838253-kopi-luwak-termahal-dan-teraneh 15 juli 2011
Rahmat . PROSES pengolahan kopi luwak . http://www.chenungkopiluwak.com    14  juli 2011
Perkembangan Kopi Luwak Saat Ini.Kandungan protein kopi luwak.com 16 juli 2011




LAMPIRAN
1. Biodata Dosen Pembimbing :
a      Nama Lengkap (dengan gelar)         : Elviati. SP.MSi
b     Jenis Kelamin                                : Perempuan
c      Jabatan                                       :
d      NIP/NIK/No. identitas lainnya          : 197410251999032001
e      Tempat dan Tanggal Lahir               :
         Alamat Rumah                             :
                                                       
f       Nomor Telpon/Fax                        :
g      Nomor HP                                    :
h      Alamat Kantor                               : Politeknik Pertanian Negeri   Payakumbuh jl Tanjung Pati Km 7 kec Harau
                                                       
i       Nomor Telpon/Fax                        : (0752) 7754192
j       Alamat e-mail                               : ( 0752) 7750220

k      Pengalaman Dibidang Pengabdian Kepada Masyarakat


   m  Pengalaman Dibidang Penelitian

                                                                      Payakumbuh, juni 2011
                                                                      Dosen Pembimbing,

                                                                       
    
                                                                ELVIATI. SP. MSi        
                                                                NIP . 197410251999032001

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                            
       
*

SHARE THIS

Author:

Etiam at libero iaculis, mollis justo non, blandit augue. Vestibulum sit amet sodales est, a lacinia ex. Suspendisse vel enim sagittis, volutpat sem eget, condimentum sem.