MAHASISWA TEMUKAN SPESIES KOPI LUWAK FERMENTASI

MAHASISWA TEMUKAN SPESIES KOPI LUWAK FERMENTASI

1 Januari 2014
MAHASISWA TEMUKAN SPESIES KOPI LUWAK FERMENTASI
Pebriansyah, mahasiswa Politeknik Pertanian Payakumbuh sedang membuat kopi Luwak Fermentasi 
"Pebriansyah Mendapat Jempol Pengusaha Dan Penikmat Kopi"
Kopi Luwak, siapa yang tak kenal. Kedalaman rasa kopi ini, dinikmati bahkan berjam-jam lamanya, meski hanya secangkir seduhan air panas saja. Di "kedai" kopi kenamaan, kopi seharga Rp.45 ribu secangkir ini, ternyata bisa diproduksi oleh mahasiswa Politeknik Pertanian Payakumbuh. Mengagumkan, Pebriansyah sang mahasiswa tahun akhir program studi Manajemen Perkebunan tahun akhir ini bisa memproduksi kopi robusta lokal difermentasi dengan enzim papain dari getah papaya, jadilah kopi luwak, rasanya sama persis.

DODI SYAHPUTRA
Di saat kopi luwak sedang tenar-tenarnya, sementara memproduksi kopi luwak itu butuh waktu yang biaya yang banyak. Serta, hewan jenis luwak yang banyak. Pebriyansah, mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh ini mengaku terinspirasi untuk membuat pengolahan kopi yang rasanya menyamai kopi luwak tanpa menggunakan binatang luwak atau dikenal sebagai musang pemakan buah ini. Kopi, hari ini sudah menjadi komoditi kedua setelah beras. Produksi Indonesia, dikenal baik di dunia. Indonesia adalah negara produsen kopi keempat di dunia. Bahan buah kopi yang diolah sama dengan bahan yang diberikan untuk makanan Luwak. Hanya, bahan mentah itu difermentasi organik atau alami. Campuran alami ini menghasilkan kopi yang nikmat, tak kalah dengan rasa kopi luwak di pasaran. "Cara fermentasi dengan memanfaatkan getah papain yang banyak tumbuh di Payakumbuh dan Limapuluh Kota. Biji kopi yang telah dipanen difermentasi dengan getah papain sehingga menghasilkan rasa pahit dan menurunkan kadar karbohidrat di buah kopi," Pebriansyah, mahasiswa kreatif dan ulet ini menerangkan.
Fermentasi dengan getah papain setara dengan permentasi dalam lambung Musang (Luwak). Sehingga, hasilnya tak kalah dengan kopi luwak yang di hasilkan dari kopi sisa kotoran Musang. Di saat sekarang kontroversi tentang halal haramnya kopi luwak yang bersumber dari kotoran musang pun belum ada ujung pangkalnya, Pebriansyah menemukan kopi fermentasi dengan bahan alami dengan cita rasa yang sama persis. Soal halal atau haram ini menginspirasi Pebriyansah untuk membuat kopi rasa kopi luwak dengan fermentasi getah papain yang tidak diragukan halal haramnya. Sebab getah papain atau papaya sudah jelas halalnya, ditambah rasa yang dihasilkan pun tak kalah dengan kopi luwak itu sendiri. Proses pengolahan untuk mengasilkan kopi ini terbilang sangat sederhana dan terbilang cukup mudah karena hanya buah kopi dan di fermentasi dengan enzim papain (getah pepaya) selama 48 jam. Pepaya, batiah, atau kalikih itu disadap atau dideres getahnya. Setelah itu, pengupasan dan penjemuran, lalu disangrai. "Tujuannya, agar para petani kopi dapat meningkatkan harga jual kopi setelah dilakukan fermentasi ini dan pendapatan petani kopi dapat meningkat," niat tulus Pebriansyah, mahasiswa Politeknik Pertanian Payakumbuh ini, yang saat ditanya belum akan mempatenkan penemuannya ini. Pebriansyah, mengaku perhatian akademisi terhadap kopi belum maksimal. Padahal, kopi sudah menjadi komoditi ekspor yang memberikan pendapatan negara cukup tinggi.
Dalam dunia perkopian rasanya tidak ada hentinya di bicarakan, karena pengikmat kopi makin hari makin akan meningkat. Dimana-mana kopi hasil olahan yang dilakukan oleh Pebriyansah ini sudah banyak dilakukan uji rasa di berbagai tempat diantara di kafe pojok Sudirman Tanjung Pati Limapuluh Kota, kafe-kafe kopi di Payakumbuh, dan berbagai tempat yang menyediakan kopi sebagai minuman utamanya. Beberapa dosen Politeknik Pertanian Payakumbuh telah mencoba kopi hasil fermentasi ini. Penikmat kopi di Payakumbuh dan Limapuluh Kota juga mengacungkan jempolnya. Rencana Pebriansyah akan membawa kopi yang dihasilkan ini, akan mengikutkannya pada pameran kopi bulan April nanti di Padang.
Pameran kopi berbagai asal ini akan dihelat Dinas Perkebunan Sumbar ini akan ikut mempresentasikan kopi fermentasi milik Pebriansyah. Selain itu, kopi yang dihasilkan juga akan dicoba dirumah Kopi Nunos Padang dan diujikan ke pada Para Q- Grader (penilai kopi) bersertifikasi internasional. Pengurus organisasi Asosiasi Kopi Special Indonesia (Specialty Assosoation Coffee of Indonesia), A Syafudin yang juga ekportir kopi dari PT Sabani Internasional mendukung kopi fermentasi ini untuk dijadikan kopi spesies baru. Untuk terus melakukan pengembangan teknis terkait kopi mulai dari hulu sampai hilir, Pebriansyah juga didukung oleh para pengajar di Politeknik Pertanian Payakumbuh. Kopi merupakan produk minuman yang banyak diburu oleh banyak masyarakat saat ini. Di dunia.
POLITEKNIK PERTANIAN
Sejak 1989, Politeknik Pertanian Payakumbuh, ternyata telah banyak memproduksi variasi dan inovasi pertanian. Banyak kalangan di kampus pertanian yang berdomisili di Tanjung Pati Kabupaten Limapuluh Kota ini, namun berafiliasi kepada Pemerintah Kota Payakumbuh ini, aktif meneliti dan menulis banyak hal terkait pertanian dan eksplorasi terkait. Pebriansyah, satu di antaranya. Mahasiswa yang "nyinyir" dengan inovasi tanaman kopi ini, mengkoleksi ratusan buku dan kopi produksi dari berbagai daerah di Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke. Di rumah kosnya, dekat kampus Politeknik Pertanian Payakumbuh, tersimpan acak-acakan beragam bungkusan kopi dan dokumen-dokumen kopi nasional dan internasional. Pebriansyah, mahasiswa asal Sumatera Barat ini menguasai enam bahasa di Indonesia; Jawa, Batak, Minang, Mandailing, Makasar, dan Sunda. Kemampuannya beradaptasi, menjadikannya terpakai setahun mendampingi lembaga swadaya masyarakat di Suku Anak Dalam di Dharmasraya. Kini, mahasiswa aktif ini sedang mempersiapkan kelulusannya. Saat ini, meski belum tamat kuliah, ia sudah diperkerjakan dan diajak sebagai konsultan di beberapa perusahaan nasional, khususnya bidang pertanian. Luar biasa!.(*)
sumber: http://www.limapuluhkotakab.go.id/artikel/7/mahasiswa-temukan-spesies-kopi-luwak-fermentasi.html