"Membangun Paradigma Berpikir Logis dan Realistis Dalam Bingkai Misi Suci"

"Membangun Paradigma Berpikir Logis dan Realistis Dalam Bingkai Misi Suci"


oleh kanda Yulzami Azdi
"Membangun Paradigma Berpikir Logis dan Realistis Dalam Bingkai Misi Suci"

Sebagai kader HMI maka setiap individu yang mengalami proses kaderisasi dalam perjalanan untuk menuju insan akademis,pencipta dan pengabdi guna me -
nyiapkan diri mengambil tanggung jawab dan amanah selaku khalifatul fil ardhi rah
matan lil alamin dalam dimensi kehidupan real ditengah rutinitas keseharian yang -
memiliki hub relasi sosial ditengah masyarakat,"disaat ,"proses penempaan untuk 
menjadi sejatinya insan yg harus berpikir demi kelangsungan hidup dan kehidupan
yang harus dibangun dengan paradigma berpikir logis dan realisris dalam bingkai
mision sacre "misi susi".
Maka proses kaderisasi di HMI harus mampu melahirkan kader-kader yang
memiliki pemahaman Ke Islaman yang benar sebagai jalan menuju kesempurna -
an hubungan dengan pencipta.Serta pemahaman sosial yang utuh dan kongkrit -
yang akan membawa kader HMI sebagai kader paripurna yang mampu diterima di
tengah-tengah kehidupan sosial sebagai hubungan relasi antar manusia dan pema-
haman keilmuan yang tak pernah berakhir untuk terus digali dan dicari untuk bekal
dalam merumuskan dan memecahkan persoalan-persoalan kehidupan yang mam-
pu mewujudkan kehadiran Kader-kader HMI sebagai orang-orang yg berada digar-
da terdepan sebagai pemimpin yg mampu menjadi problem solving dan memiliki -
keteguhan akan prinsip-prinsip kebenaran dan kemanfaatan bagi alam sekitarnya.
Untuk itu nilai-nilai yang harus selalu ditanamkan dan dipupuk dan terus di -
pertahankan adalah :
1.Islam sebagai agama yang diyakini kebenarannya akan membawa manfa-
at bagi alam harus menjadi ruh yang meliputi setiap gerak napas kader -
HMI.
-Nilai kejujuran harus selalu tumbuh dan berkembang dalam keseharian,"
dengan praktek keberagamaan yang benar.
-Nilai sosial yang bersumber dari pemahaman beragama yang selalu men
jadi panggilan hati dan jiwa yang selalu mewarnai aktifitas kehidupan.
-Nilai tanggung jawab sebagai pemimpin yang amanah yang dilahirkan da-
proses perenungan panjang dari hasil pencarian untuk menuju misi suci.
2.Dialetikan proses berpikir yang selalu diasah dan diuji dalam tataran empi-
ris realitas kehidupan dengan segala tantangan untuk menjawab problem
kehidupan yang akan dilalui selalu diarahkan pada pemahaman bahwa tu-
gas dan tanggung jawab insan akademis adalah membebaskan belenggu
kebodohan dan pembodohan.
3.Kemampuan atas keunggulan yang dimiliki harus selalu diarahkan pada -
karya-karya nyata yang didahului oleh proses berbuat yang konsisten dan
secara ihklas karena panggilan jiwa,"untuk menjemput tanggung jawab"
yang lebih besar sebagai pemimpin yang lahir dan dilahirkan oleh masya-
rakat dan diterima atas dorongan untuk mewujudkan misi suci sebagai 
khalifah filardi rahmatan lil alamin.

Maka internalisasi nilai dan pemahaman paradigma berpikir logis dan realistis yang dibingkai oleh misi suci ,"yang akan membawa ruh pengkaderan di HMI,"dan siap mengabdi dimanapun dan kesiapan untuk menerima amanaha demi
tanggung jawab lebih besar.
Untuk itu "pesan moral kepada adinda Kader HMI Cabang"Payakumbuh tetaplah berproses dan semangat bahu membahu dalam pengkaderan dan menjalankan roda organisasi,"sembari mengarah minset bepikir logis dan realistis dalam bingkai tema diatas.

Yakin Usaha Sampai.
"Mohon Maaf Abang Tidak Bisa Menghadiri Acara Muscab,"semoga tulisan 
ini bisa menyambungkan silaturahim Kita."
pelantikan kahmi payakumbuh

pelantikan kahmi payakumbuh


Limapuluh Kota (Sumbar), BAKINNews---Bupati Alis Marajo dan Wakil Bupati Asyrwan Yunus ditetapkan sebagai Ketua Dewan Penasehat dan Presidium Pengurus Harian KAHMI (Korp Alumni Himpunan Mahasiswa Islam) Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh periode 2010-2015 melalui Surat No.03/SK/MWK-SB/1/1432 ditandatangani oleh Presidium KAHMI Sumbar, Marzul Veri dan Sektum Dr. Syafruddin Abbas, M.Pd
Pelantikan dilaksanakan oleh Wakil Ketua Penasehat Majlis Nasional KAHMI, Akbar Tanjung, Senin (20/12) di aula Rumah Dinas Bupati Limapuluh Kota. Acara pelantikan tersebut dihadiri lebih dari seratusan anggota KAHMI Limapuluh Kota dan Payakumbuh. Ikut hadir dalam acara Ketua Umum KNPI Pusat, Ahmad Doli Kurnia.
 Dalam sambutannya usai pelantikan KAHMI Majlis Daerah Limapuluh Kota dan Payakumbuh, Akbar Tanjung mengatakan, Keislaman dan Keindonesiaan merupakan nilai dasar lahirnya HMI.
      "Kedua nilai ini menyatu dalam jati diri HMI, tidak dapat dipisah-pisahkan," kata Akbar. Selain kedua nilai itu, nilai kecendikiawanan juga merupakan salah satu ciri yang melekat pada HMI, sehingga aggota HMI haruslah memiliki keimanan, nasionalisme, cendikia dan mengamalkannyadalam kehidupan bermasyarakat. Dalam perspektif tujuan nasional, dikatakan Akbar Tanjung, paralel dengan tujuan HMI yaitu menciptakan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila."Hal ini membuktikan bahw HMI integral dengan bangsa Indonesia," kata Akbar Tanjung.
Diharapkan juga, semua anggota KAHMI harus memberikan dukungan terhadap pembangunan Limapuluh Kota ke depan. Dukungan itu bukan berarti hanya mengikuti semua kebijakan, tetapi juga ditunjukkan dengan memberikan usulan bahkan kritikan terhadap pemimpin daerah.
Menurut Akbar, pesan itu diberikan mengingat Kepala Daerah Limapuluh Kota saat ini, yaitu ALis Marajo dan Asyirwan Yunus merupakan Alumni HMI. Selain itu, dikatakan Akbar Tanjung, semua anggota KAHMI harus terus meningkatkan kemampuan SDM-nya agar bisa mengambil bagian secara proaktif dalam misi pembangunan daerah.BIN 763
REKONTRUKSI GERAKAN PEMUDA DALAM  UPAYA MENGEMBALIKAN MASA DEPAN BANGSA

REKONTRUKSI GERAKAN PEMUDA DALAM UPAYA MENGEMBALIKAN MASA DEPAN BANGSA


 UPAYA MENGEMBALIKAN MASA DEPAN BANGSA


Pemuda ; Pewaris Sejarah Harapan Masa Depan Bangsa.


OLEH

PEBRIYANSAH















Dipresentasikan pada Latihan Kader II (Intermediate Training) Tingkat Nasional
Himpunan Mahasiswa Islam CABANG JAKARTA TIMUR







HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)
Cabang Payakumbuh

  1. I.       PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang

Kaum muda Indonesia adalah masa depan bangsa. Karena itu, setiap pemuda Indonesia, baik yang masih berstatus sebagai pelajar, mahasiswa, ataupun yang sudah menyelesaikan pendidikannya adalah aktor-aktor penting yang sangat diandalkan untuk mewujudkan cita-cita pencerahan kehidupan bangsa kita di masa depan. “The founding leaders” Indonesia telah meletakkan dasar-dasar dan tujuan kebangsaan sebagaimana termaktub dalam pembukaan UUD 1945.
Kita mendirikan negara Republik Indonesia untuk maksud melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukankesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk mencapai cita-cita tersebut, bangsa kita telah pula bersepakat membangun kemerdekaan kebangsaan dalam susunan organisasi Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai Negara Hukum yang bersifat demokratis (democratische rechtsstaat) dan sebagai Negara Demokrasi konstitutional (constitutional democracy) berdasarkan Pancasila.
Dalam upaya mewujudkan cita-cita itu, tentu banyak permasalahan, tantangan, hambatan, rintangan, dan bahkan ancaman yang harus dihadapi. Masalah-masalah yang harus kita hadapi itu beraneka ragam corak dan dimensinya.Banyak masalah yang timbul sebagai warisan masa lalu, banyak pula masalah-masalah baru yang terjadi sekarang ataupun yang akan datang dari masa depan kita.
Dalam menghadapi beraneka persoalan tersebut, selalu ada kecemasan, kekhawatiran, atau bahkan ketakutan-ketakutan sebagai akibat kealfaan atau kesalahan yang kita lakukan atau sebagai akibat hal-hal yang berada di luar jangkauan kemampuan kita, seperti karena terjadinya bencana alam atau karena terjadinya krisis keuangan di negara lain yang berpengaruh terhadap perekonomian kita di dalam negeri. Dalam perjalanan bangsa kita selama 100 tahun terakhir sejak kebangkitan nasional, selama 80 tahun terakhir sejak sumpah pemuda, selama 63 tahun terakhir sejak kemerdekaan, ataupun selama 10 tahun terakhir sejak reformasi, telah banyak kemajuan yang telah kita capai, tetapi masih jauh lebih banyak lagi yang belum dan mesti kita kerjakan. Saking banyaknya permasalahan yang kita hadapi, terkadang orang cenderung larut dalam keluh kesah tentang kekurangan, kelemahan, dan ancaman-ancaman yang harus dihadapi yang seolah-olah tidak tersedia lagi jalan untuk keluar atau solusi untuk mengatasi keadaan. Perkembangan kegiatan berpemerintahan dan bernegara setelah sepuluh tahun terus menerus bergerak cepat, memerlukan langkah-langkah konsolidasi yang tersistematisasikan. Berbagai fungsi yang bersifat tumpang tindih perlu ditata ulang. Berbagai kegiatan yang alfa dikerjakan, perlu ditangani dengan cara yang lebih baik.
Penting bagi kita semua, terutama kaum muda Indonesia, membiasakan diri yaitu untuk mengerjakan apa saja yang semestinya kita kerjakan guna memperbaiki keadaan dan meningkatkan produktifitas kita sebagai bangsa dan negara. Setiap anak bangsa perlu bertekad melaksanakan tugas dan kewajiban masing-masing melebihi apa yang seharusnya dikerjakan, dengan hanya mengambil hak tidak melebihi hak yang memang seharusnya diterima.
  1. II.    ARAH DAN PERAN PEMUDA DAN MAHASISWA INDONESIA

  1. A.     Pergerakan Mahasiswa dan Pemuda Indonesia dari masa ke masa
            Sebuah Negara bukan tidak mungikn dan di cetak dari kalangan muda yang merupakan dari latar belakang yang berbeda-beda. Karekter-karakter Anak bangsa merupakan cermin mempuyai jiwa ke arah perannya sebagai anak bangsa memperdulikan  arti pentingnya sebuah kebebasan dan menentukan sebuah sikap.
            Takala kita membahas peran dan pemuda dan mahasiswa, tergambar sejumlah pesan sejarah mengenai posisi yang strategis sebagai Pengerak Penentu perjalanan perjuangan bangsa-bangsa di dunia dari zaman ke zaman (Lukman Hakim;2003). Sebuah konsep yang baru dari para kaum sejati sangat di tunggu dan di harapkan oleh masa dan zaman. Abnyak sejarah yang mencatat siapa saja telah telah banyak mendukung lahirnya sebuah bangsa dan Negara Indonesia dengan sebuah pola dan konsep yang ada. Para penyair , novelis, kolumnis kerap menitip pesan-pesan kemanusiaan yang beradab secara universal kepada pemuda (Lukaman Hakim;2003).
Dalam perjalanan bangsa kita selama 100 tahun terakhir sejak kebangkitan nasional, selama 80 tahun terakhir sejak sumpah pemuda, selama 63 tahun terakhir sejak kemerdekaan, ataupun selama 10 tahun terakhir sejak reformasi, telah banyak kemajuan yang telah kita capai, tetapi masih jauh lebih banyak lagi yang belum dan mesti kita kerjakan. Saking banyaknya permasalahan yang kita hadapi, terkadang orang cenderung larut dalam keluh kesah tentang kekurangan, kelemahan, dan ancaman-ancaman yang harus dihadapi yang seolah-olah tidak tersedia lagi jalan untuk keluar atau solusi untuk mengatasi  keadaan.
Usaha-usaha untuk mengenalkan kalangan intelektual dengan Islam pada abad ke-20 telah di rintis melalui pendirian beberapa organisasi, di antaranya yang terpenting adalah Jong Islamieten Bond (JIB) dan studenten Islam Studiedclub (SIS) (Hariqo Wibawa Satria;2010). Setidaknya dua organisasi pemuda ini lahir dari buah pemikiran pemuda dan mahsiswa pada saat itu yang telah melahirkan sebuah konsep yang dapat berpengaruh. JIB didiriakan di Jakarta 1 Januari 1925 oleh Syamsurizal alias Sam (Walikota Jakarta Raya 1951-1953). Ia dilahirkan di Karang Anyar , Jawa Tengah , tahun 1901. Putra penghulu ini mendapat pendidikan (akhir) di Rechstschool, sekolah hokum (Hariqo Wibawa Satria;2010)
Gerakan mahasiswa di Indonesia adalah kegiatan kemahasiswaan yang ada di dalam maupun di luar perguruan tinggi yang dilakukan untuk meningkatkan kecakapan, intelektualitas dan kemampuan kepemimpinan para aktivis yang terlibat di dalamnya.
Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, gerakan mahasiswa seringkali menjadi cikal bakal perjuangan nasional, seperti yang tampak dalam lembaran sejarah bangsa, gerakan mahaiswa dalam sejarah di catat;
  1. 1980 Boedi Oetomo
  2. 1928 (Sumpah Pemuda)
  3. 1945  kelompok setudi
  4. 1966  tumbangnya Rezim Orde Lama
  5. 1947 Malari
  6. 1978 ( Pemberlakuan Konsep NKK/BKK)
  7. 1990 ( dicabutnya konsep NKK/BKK)
  8. 1998 Reformasi  (Asyirwan Yunus; 2010)

  1. B.     Mengapa Pemuda Penting Bagi Masa Depan Bangsa
            Generasi muda adalah generasi harapan bangsa. Pernyataan tersebut sangat membanggakan bagi masyarakat apabila menjadi kenyataan. Akan tetapi, realita membuktikan bahwa generasi muda di Indonesia cenderung mengkhawatirkan perilakunya bagi kelanjutan masa depan bangsa yang lebih baik. Hal ini bisa dibuktikan dari banyaknya kasus yang terjadi pada generasi muda antara lain kasus narkoba, kejahatan, pergaulan bebas, dan banyaknya anak-anak jalanan. Keberadaan pemuda tentunya masih sangat diperlukan dalam rangka regenerasi untuk melanjutkan dan mewujudkan cita-cita bangsa yang sudah sejak lama diperjuangkan oleh para pendahulu di negeri ini.
                Dalam upaya mewujudkan cita-cita bangsa keberadaan pemuda juga diharapkan dapat menjadi karakteristik yang baik bagi Indonesia. Selain itu, pemuda juga perlu dituntut untuk meningkatkan inovasi diberbagai bidang dan memperbaiki kekurangan-kekurangan atau kesalahan-kesalahan yang mungkin telah dilakukan oleh generasi pendahulunya. Dengan demikian, di masa depan keberadaan pemuda sebagai agan perubahan menjadi kenyataan dan dapat diandalkan. Untuk menuju kondisi pemuda harapan bangsa tersebut perlu dikaji lagi jati diri pemuda Indonesia yang ideal seperti apa. Hal ini penting dilakukan karena pemuda tanpa jati diri ibarat orang hidup tanda ada panduan dan tidak mempunyai karakteristik yang jelas (serta dibanggakan). 
            Peran Pemuda dan Mahasiswa dalam era Reformasi merupakan Rangkaian peran mahasiswa (Pemuda) sejak dari era Kebangkitan Nasional, sumpah pemuda dan Proklamasi kemrdekaan Indonesia, yang mencerminkan sikap Nasionalisme-Kebangsaan yang mencakup seluruh kepulauan di Indonesia (Lukaman Hakim;2003).
Dalam upaya mewujudkan cita-cita itu, tentu banyak permasalahan, tantangan, hambatan, rintangan, dan bahkan ancaman yang harus dihadapi. Masalah-masalah yang harus kita hadapi itu beraneka ragam corak dan dimensinya. Banyak masalah yang timbul sebagai warisan masa lalu, banyak pula masalah-masalah baru yang terjadi sekarang ataupun yang akan datang dari masa depan kita. Dalam menghadapi beraneka persoalan tersebut, selalu ada kecemasan, kekhawatiran, atau bahkan ketakutan-ketakutan sebagai akibat kealfaan atau kesalahan yang kita lakukan atau sebagai akibat hal-hal yang berada di luar jangkauan kemampuan kita, seperti karena terjadinya bencana alam atau karena terjadinya krisis keuangan di negara lain yang berpengaruh terhadap perekonomian kita di dalam negeri.
Dalam perjalanan bangsa kita selama 100 tahun terakhir sejak kebangkitan nasional, selama 80 tahun terakhir sejak sumpah pemuda, selama 63 tahun terakhir sejak kemerdekaan, ataupun selama 10 tahun terakhir sejak reformasi, telah banyak kemajuan yang telah kita capai, tetapi masih jauh lebih banyak lagi yang belum dan mesti kita kerjakan. Saking banyaknya permasalahan yang kita hadapi, terkadang orang cenderung larut dalam keluh kesah tentang kekurangan, kelemahan, dan ancaman-ancaman yang harus dihadapi yang seolah-olah tidak tersedia lagi jalan untuk keluar atau solusi untuk mengatasi keadaan.
  1. C.     Mempertanyakan Jati Diri Pemuda Indonesia Sebagai Generasi Penerus Cita-cita Bangsa
Keberadaan pemuda memang penting bagi Bangsa Indonesia dalam rangka regenerasi serta upaya mewujudkan cita-cita bangsa. Untuk mencapai kondisi tersebut generasi muda Indonesia harus mempunyai jati diri yang sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa. Hal ini ditujukan supaya generasi muda tidak mudah terpengaruh oleh arus informasi global yang belum tentu bermanfaat dan sesuai dengan nilai-nilai luhur Bangsa Indonesia. Namun demikian, pada saat ini arus informasi global melalui media teknologi informasi diserap dan dicontoh secara ”mentah-mentah” oleh generasi muda Indonesia.
Melihat fenomena yang terjadi pada generasi muda saat ini, tidak berlebihan apabila jati diri mereka yang sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa dipertanyakan. Konskuensi dari keraguan akan jati diri generasi muda Indonesia adalah akses bagi generasi muda untuk tampil sebagai pemimpin dan pemuda harapan bangsa sulit didapatkan. Disisi lain, kebijakan pemerintah di bidang pendidikan juga mempersulit generasi muda untuk dapat mengakses dan memperoleh pendidikan yang berkualitas dan murah. Sehingga ruang-ruang ekspresi generasi muda di bidang ilmu pengetahuan tidak tersedia dan terlaksana dengan baik.      
                Pendidikan sebagai salah satu media yang cukup efektif dalam membangun kepribadian dan kreativitas generasi muda hanya menjadi harapan yang sulit mereka peroleh. Hal ini bisa dilihat dari semakin mahalnya biaya pendidikan bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Pendidikan yang berkualitas dan nyaman seolah-olah hanya dapat dinikmati oleh masyarakat yang mampu secara finansial. Dampak lanjutan yang terjadi akibat mahalnya biaya pendidikan di Indonesia adalah perilaku siswa/mahasiswa yang cenderung pragmatis. Mereka akan berkalkulasi dengan masa studi yang relatif lebih cepat untuk memperoleh pekerjaan yang baik (gaji tinggi). Meskipun ilmu yang diperolehnya dapat memberikan manfaat kepada masyarakat atau tidak. Yang menjadi ukuran adalah dengan biaya pendidikan yang lebih mahal, maka tingkat ego mereka untuk sukses lebih tinggi tanpa melihat lingkungan sekitarnya seperti apa.
                Untuk itu, jati diri generasi muda Indonesia yang saat ini lebih mencerminkan perilaku kebarat-baratan dna pragmatis perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini diperparah dengan sulitnya seluruh masyarakat Indonesia mengakses dan menikmati pendidikan yang berkualitas dan terjangkau Dalam hal ini peran pemerintah, tokoh masyarakat, orang tua, dan dunia pendidikan sangat penting. Dengan demikian, untuk menumbuhkan dan mengembalikan jati diri generasi muda Indonesia sesuai dengan jati diri bangsa (nilai-nilai luhur bangsa) perlu dilakukan langkah-langkah revolusi.
  1. D.     Pemuda, Mahasiswa dan Perubahan 
Pemuda dan mahasiswa sama-sama diidentikkan dengan “agent of change”. Kata-kata perubahan selalunya menempel dengan erat sekali sebagai identitas para mahasiswa yang juga dikenal sebagai kaum intelektualitas muda. Dari mahasiswalah ditumpukan besarnya harapan, harapan untuk perubahan dan pembaharuan dalam berbagai bidang yang ada di negeri ini. Tugasnyalah melaksanakan dan merealisasikan perubahan positif, sehingga kemajuan di dalam sebuah negeri bisa tercapai dengan membanggakan.
Peran sentral perjuanganya sebagai kaum intelektualitas muda memberi secercah sinar harapan untuk bisa memperbaiki dan memberi perubahan-perubahan positif di negeri ini. Tidak dipungkiri, bahwa perubahan memang tidak bisa dipisahkan dan telah menjadi sinkronisasi yang mendarah daging dari tubuh dan jiwa para mahasiswa.

       Dari mahasiswa dan pemudalah selaku pewaris peradaban munculnya berbagai gerakan-gerakan perubahan positif yang luar biasa dalam lembar sejarah kemajuan sebuah bangsa dan negara.
Sejarah telah menorehkan dengan tinta emas, bahwa pemuda khususnya mahasiswa selalu berperan dalam perubahan di negeri kita, berbagai peristiwa besar di dunia selalu identik dengan peran mahasiswa didalamnya.
            Berawal dari gerakan organisasi mahasiswa Indonesia di tahun 1908, Boedi Oetomo. Gerakan yang telah menetapkan tujuannya yaitu “kemajuan yang selaras buat negeri dan bangsa” ini telah lahir dan mampu memberikan warna perubahan yang luar biasa positif terhadap perkembangan gerakan kemahasiswaan untuk kemajuan bangsa Indonesia.
      Gerakan kemahasiswaan lainnya pun terbentuk, Mohammad Hatta mempelopori terbentuknya organisasi kemahasiwaan yang beranggotakan mahasiswa-mahasiswa yang sedang belajar di Belanda yaitu Indische Vereeninging (yang selanjutnya berubah menjadi Perhimpunan Indonesia). Kelahiran organisasi tersebut membuka lembaran sejarah baru kaum terpelajar dan mahasiswa di garda depan sebuah bangsa dengan misi utamanya “menumbuhkan kesadaran kebangsaan dan hak-hak kemanusiaan dikalangan rakyat Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan”.
        Gerakan mahasiswa tidak berhenti sampai disitu, gerakannya berkembang semakin subur, angkatan 1928 yang dimotori oleh beberapa tokoh mahasiswa diantaranya Soetomo (Indonesische Studie-club),Soekarno (Algemeene Studie-club), hingga terbentuknya juga Persatuan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) yang merupakan prototipe organisasi telah menghimpun seluruh gerakan mahasiswa ditahun 1928, gerakan mahasiswa angkatan 1928 memunculkan sebuah idieologi dan semangat persatuan dan kesatuan diseluruh pelosok Indonesia untuk meneriakkan dengan lantang dan menyimpannya didalam jiwa seluruh komponen bangsa, kami putra putri Indonesia mengaku bertumpah darah satu yaitu tumpah darah Indonesia, berbangsa satu yaitu bangsa Indonesia , dan menjunjung bahasa satu yaitu bahasa Indonesia dan hingga kini kita kenal sebagai sumpah pemuda.
Gerakan perjuangan mahasiswa sebagai kontrol pemerintahan dan kontrol sosial terus tumbuh dan berkembang, hinggalah gerakan perjuangan mahasiswa sampai pada terjadinya peristiwa 10 tahun yang lalu yaitu tragedi trisakti mei 1998.
Lagi-lagi mahasiswa menjadi garda terdepan didalam perubahan terhadap negeri ini, gerakan perjuangan ini menuntut reformasi perubahan untuk mengganti rezim orde baru yang korupsi, kolusi, dan nepotisme serta tidak berpihak kepada rakyat dan memaksa turun presiden soeharto dari kursi kekuasaannya yang telah digenggamnya selama hampir 32 tahun.
Gerakan perjuangan mahasiswa tidak semudah yang kita bayangkan, perubahan ini harus dibayar mahal dengan meninggalnya empat mahasiswa universitas trisakti oleh timah petugas aparat yang tidak mengharapkan perubahan itu terjadi.
Sejarah panjang gerakan mahasiswa merupakan salah satu bukti, kontribusinya, eksistensinya, dan peran serta tanggungjawabnya mahasiswa dalam memberikan perubahan dan memperjuangkan kepentingan rakyat.
Peran mahasiswa terhadap bangsa dan negeri ini bukan hanya duduk di depan meja dan dengarkan dosen berbicara, akan tetapi mahasiswa juga mempunyai berbagai perannya dalam melaksanakan perubahan untuk bangsa Indonesia, peran tersebut adalah sebagai generasi penerus yang melanjutkan dan menyampaikan nilai-nilai kebaikan pada suatu kaum, sebagai generasi pengganti yang menggantikan kaum yang sudah rusak moral dan perilakunya, dan juga sebagai generasi pembaharu yang memperbaiki dan memperbaharui kerusakan dan penyimpangan negatif yang ada pada suatu kaum.
Peran ini senantiasa harus terus terjaga dan terpartri didalam dada mahasiswa Indonesia baik yang ada didalam negeri maupun mahasiswa yang sedang belajar diluar negeri. Apabila peran ini bisa dijadikan sebagai sebuah pegangan bagi seluruh mahasiswa Indonesia, “ruh perubahan” itu tetap akan bisa terus bersemayam dalam diri seluruh mahasiswa Indonesia.
Gerakan perjuangan Mahasiswa Indonesia tidak boleh berhenti sampai kapanpun ,gerakan perjuangan mahasiswa saat ini tidak hanya dengan bergerak bersama-sama untuk berdemonstrasi dan berorasi dijalan-jalan saja, akan tetapi wahai para “agent of change”, cobalah untuk bertindak bijak dengan intelektualisme, idealisme, dan keberanian mu untuk bisa senantiasa menanamkan ruh perubahan yang ada dalam dirimu untuk bisa memberi kebaikan dan berperan besar serta bertanggung jawab untuk memberikan kemajuan bangsa dan Negara Indonesia, sehingga seperti Hasan al Banna katakan “goreskanlah catatan membanggakan bagi umat manusia”.

III. PERAN STRATEGIS PEMUDAAN DAN MAHASISWA DALAM UPAYA MEMENUHI         HARAPAN BANGSA

A. Peran Kita Terhadap Perubahan bangsa
Kebangkitan suatu peradaban manusia dimanapun tempatnya dan kapanpun waktunya tidak dapat terlepas dari peran pemuda di dalamnya. Dalam sejarah berbagai peradaban, tidak bisa dipungkiri pemuda merupakan rahasia kebangkitan yang mengibarkan panji-panji kemenangannya. Maka peradaban Indonesia akan kembali bangkit dengan pemuda sebagai tonggak kebangkitannya.
“Oleh karena itu, sejak dulu hingga sekarang, pemuda merupakan pilar kebangkitan. Dalam setiap kebangkitan, pemuda adalah rahasia kekuatannya. Dalam setiap fikrah, pemuda adalah pengibar panji panjinya.” (Hasan Al-Banna)
Mahasiswa adalah bagian dari pemuda yang memiliki ciri khas tersendiri. Sejarah mencatat peran-peran signifikan dari pergerakan mahasiswa Indonesia dalam momentum-momentum besar yang terjadi di negeri ini. Dari zaman perjuangan kemerdekaan hingga era reformasi saat ini mahasiswa memegang peranan penting bersama pergerakannya yang tak kenal henti.
“Setiap orang memiliki masa-masa kepahlawannya sendiri” (Anis Matta)
Akan tetapi semua menjadi tidak berarti jika pemuda dalam hal ini mahasiswa diam saja. Sibuk dengan diri sendiri, angkuh, apatis, tidak peduli dengan keadaan bangsa ini minimal dengan masyarakat di sekitar rumahnya dan sombong hanya dengan titel mahasiswa yang menghiasi hatinya. Bangsa ini bak kehilangan nahkoda muda yang seharusnya menjadi pilar keadilan dan pejuang kebenaran.
Oleh sebab itu kini bangsa sedang menanti sepak terjang mahasiswa yang sangat diharapkan akan merubah bangsa ini menjadi lebih baik. Mahasiswa menjadi tumpuan berbagai pihak. Mahasiswa merupakan harapan bangsa, harapan masyarakat, harapan keluarga, dan harapan dunia.
Setidaknya ada 3 peran yang seharusnya dimiliki mahasiswa :
Pertama, mahasiswa memiliki peran sebagai intelektual akademisi. Ini memang tugas mahasiswa yang seharusnya dimiliki. Seorang mahasiswa intelektual akademisi selayaknya tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual saja, tapi juga kecerdasan spiritual. Sebagaimana kita tahu Indonesia banyak memiliki orang-orang pintar tapi sedikit memiliki orang-orang pintar bermoral. Akibatnya kerusakan terjadi dimana-mana karena segala sesuatu tidak diseimbangkan antara fikiran logika rasional dan spiritual kepada Allah SWT.
Kinilah saatnya mahasiswa menjadi motor penggerak dan pelopor kebangkitan bangsa. Dimulai dengan serius menimba ilmu, mengentalkan islam dalam hati, dan buktikan dengan amalan terbaik. Jangan hanya sibuk mengkritik orang tapi kritik lah diri sendiri apakah sudah baik diri ini mengemban amanah sebagai mahasiswa. Jangan sibuk menjelek-jelekan orang tapi lihat diri adakah keburukan yang hendaknya tidak ada pada diri kita sebagai pemuda harapan bangsa. InsyaAllah mahasiswa muslim intelektual akan menjadi solusi dari persoalan bangsa ini.
Kedua, mahasiswa berperan sebagai agen perubahan (agent of change). Mahasiswa yang berpendidikan akan menjadi faktor peubah dalam masyarakat kedepan. Apa yang dilakukan mahasiswa saat ini akan menjadi cerminan bangsa di masa yang akan datang. Jika saat ini mahasiswa berleha-leha, malas, dan urung belajar maka hasilnya akan berakibat buruk pada masa depan bangsa. Sebaliknya jika mahasiswa rajin, terus belajar, tiada henti berjuang membela keadilan dan kebenaran maka dapat ditebak kemudian, bangsa ini akan menjadi bangsa yang jaya.
Semua itu sekali lagi bermula dari diri kita masing-masing. Maukah kita menjadi agent of change menuju kebaikan ummat? Tentu tidaklah mudah menjadi agen perubahan di tengah gejolak multidimensi seperti saat ini. Tapi inilah perjuangannya. Semakin sulit cobaan yang Allah beri maka surga adalah jaminannya. Allah tidak akan memberikan cobaan melebihi kemampuan ummatnya.
Ketiga, mahasiswa berperan sebagai calon pemimpin masa depan. Demi waktu yang terus-menerus menerjang tanpa ada yang mampu menghentikannya, maka regenerasi merupakan keniscayaan kehidupan. Demikian pula dengan kelangsungan kehidupan bangsa dan negara. Bangsa ini membutuhkan regenerasi, mengganti generasi terdahulu dengan generasi baru dengan semangat baru (arruhul jadiid). Disinilah mahasiswa disiapkan untuk menjadi pemimpin di masa yang akan datang. Mahasiswa harus siap dengan segala tuntutan yang harus dimiliki untuk mengemban amanah sebagai calon pemimpin masa depan. Pemimpin bertakwa, berwawasan luas, dan memiliki kemampuan memimpin yang baik merupakan pemimpin harapan bangsa ini.
“Pemimpin suatu kaum adalah yang paling banyak memberikan pelayanan kepada mereka yang dipimpinnya. ” (Rasulullah Muhammad SAW)
In the short, kita sebagai mahasiswa muslim harus menyadari bahwa kita memiliki amanah yang harus dilaksanakan. Banyaknya amanah yang harus kita tanggung jangan sampai melunturkan semangat juang kita. Benarlah Hasan Al-Banna bahwa kewajiban kita lebih banyak dari waktu yang kita miliki. Maka yang harus kita lakukan adalah berjuang dengan perjuangan terbaik, beribadah dengan ibadah terbaik, dan beramal dengan amalan terbaik. Semua ini tidak akan berakhir sampai kita menginjakkan kaki di surga kelak. Amin.
B. SOSOK PEMUDA HARAPAN BANGSA
Sumpah Pemuda adalah momen penting bagi perubahan bangsa Indonesia. Generasi muda saat itu menjadi pelopor persatuan nasional dalam simbol tanah air, kebangsaan, dan bahasa persatuan melalui Sumpah Pemuda. Sejarah bangsa ini selalu diwarnai oleh pemuda sebagai komponen utama. Pemuda memiliki semangat tinggi untuk melakukan perubahan. Energi positif itu terpancar ketika mereka melihat suatu kejanggalan pada bumi pertiwi. Pola pikir dan daya analisis yang tinggi terhadap masalah bangsa membuat mereka merasa terpanggil untuk melakukan percepatan perbaikan tanah air menuju ke arah yang lebih baik. Lalu, melihat realita sosial saat ini, apa yang bisa mereka lakukan?. Persaingan global yang semakin panas ditambah pesatnya perkembangan dunia teknologi membuat ekonomi kita semakin jauh tertinggal. Tayangan televisi yang tidak mendidik justru semakin marak disiarkan. Banyak generasi muda kita yang terjerumus ke dalam lembah kebodohan hanya karena tidak mampu memilah tayangan yang pantas ditonton.
Melihat kenyataan yang terjadi saat ini, maka dibutuhkan sosok pemuda yang dapat melakukan akselerasi perbaikan bangsa. Akselerasi tersebut dapat terwujud melalui tindakan nyata dan peran yang dapat mereka berikan. Lalu, peran seperti apakah yang dapat membawa kita menuju ke gerbang kesejahteraan ?. Tidak adanya ekonom brilian yang bergerak bersama di negeri ini untuk dapat memahami, mencerna dan menemukan jalan keluar bagi krisis ekonomi merupakan salah satu penyebab kemunduran bumi pertiwi. Begitu juga dimensi-dimensi lain dimana masing-masing pribadi bergerak sendiri untuk memenuhi kebutuhan dan keuntungan pribadi. Mereka memang manusia-manusia brilian dan jenius tetapi seperti lidi yang berserakan, tidak terorganisasi menjadi kekuatan bangsa di bawah sebuah kepemimpinan yang solid. Kepemimpinan yang kuat dan baik tidaklah menjamin semua kesulitan kita selesai, tapi kepemimpinan yang kuat dan baik memastikan bahwa semua solusi strategis dan teknis yang kita rumuskan dapat bekerja secara benar dan efektif. Tapi, itu pulalah yang menjadi kunci masalah dimana semua berakar dari sana : krisis akhlak dan kepemimpinan.
             Jika kita menyusuri sejarah bangsa ini, kita akan bertemu generasi 1900-an yang mempelopori kebangkitan nasional dengan terbentuknya Boedi Oetomo sebagai organisasi yang boleh dikatakan sebagai titik awal terbentuknya organisasi yang bersifat nasional. Dilanjutkan dengan perjuangan generasi 1928 yang berhasil mempelopori persatuan nasional melalui Sumpah Pemuda. Lalu, kita akan bertemu dengan generasi 1945 yang mempelopori perjuangan kemerdekaan dan generasi 1966 yang berhasil mengakhiri rezim Orde Lama. Semua angkatan itu silih berganti sampai datang angkatan 1998 yang mampu menumbangkan rezim Orde Baru. rangkaian sejarah ini membuktikan bahwa peran pemuda sangat dinantikan untuk percepatan perbaikan bangsa. Mereka bersatu dengan meluruskan akhlak dan niat untuk menuju perbaikan Indonesia. Mereka bergerak di bawah kepemimpinan yang jelas dan terarah. Mereka bersatu padu seperti seikat sapu lidi yang mampu membersihkan sampah-sampah yang berserakan.
Indonesia membutuhkan peran kita saat ini. Kita sebagai mahasiswa misalnya, menjadi profesional di bidang kita adalah salah satu cara yang paling efektif. Berkumpul bersama dengan pemuda lain yang memiliki visi searah lalu kita membentuk sebuah gerakan nonanarkis yang tersusun secara rapih. Lalu kita berusaha menuju ke sektor-sektor penting yang menjadi pusat pengambil keputusan atau sektor yang menguasai hayat hidup bangsa ini. Kita bergerak bersama dengan tujuan untuk memperbaiki bangsa ini. Kita bergerak dibawah arahan yang jelas. Karena itu kita butuh pemimpin yang mampu menjalankan fungsi pembangkit kekompakan agar pergerakan kita tidak mengalami perpecahan intern. Selain itu, kita butuh integritas akhlak dan kepribadian. Sikap-sikap ini dapat dilatih dengan cara aktif di organisasi seputar kampus atau lingkungan masyarakat. Banyak ilmu yang dapat ditimba di sana. Pendewasaan pikiran, peningkatan daya analisis, dan kemampuan untuk bekerja dalam tim dapat kita peroleh. Semakin strategis jabatan dalam organisasi maka semakin banyak hal yang dapat diperoleh untuk pengembangan diri dan wawasan.
Pemuda adalah harapan bangsa. Kelak mereka yang akan menahkodai bangsa ini. Semua tergantung dari seberapa besar pengorbanan yang akan mereka persembahkan. Kita hanya bisa berharap semoga mereka mampu memaksimalkan kinerja mereka masing-masing untuk memajukan bangsa ini.

IV.  PERAN HMI DALAM USAHA MENGEMBALIAKAN MASA DEPAN BANGSA

Dan setelah datang kepada mereka Al Quran dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka la'nat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu. (Q.S Al Baqarah : 89)

  1. A.     KELAHIRAN HMI
Himpunan Mahasiswa Islam disingkat HMI merupakan organisasi mahasiswa tertua yang didirikan di Indonesia. Selang dua tahun dari kemerdekaan Indonesia berdirilah HMI sebuah organisasi kader yang diprakarsai oleh Lafran Pane, seorang mahasiswa tingkat satu Sekolah Tinggi Islam (sekarang bernama UII) tepatnya pada 14 Rabiul Awal 1366 H atau 5 Februari 1947 M di Jogjakarta. Latar belakang historis dan tujuan berdirinya organisasi kader ini adalah memepertahankan kemerdekaan Negara Republik Indonesia, meningkatkan derajat kehidupan bangsanya serta menegakkan ajaran islam dan memajukan ummatnya. Tentu saja dengan Sejarah HMI bukanlah sejarah HMI semata. Sejarah HMI adalah sejarah pergumulan umat dan bangsa di bumi nusantara. Tepatnya, sejarah pergumulan kaum intelegensia muda Islam-Indonesia dalam interaksinya dengan umat dan bangsa di bumi nusantara. Dengan pemaknaan demikian, maka makna kehadiran HMI tidak bisa dilihat hanya sejak tahun 1940-an ketika Lafran Pane dkk menjadi mahasiswa dan berinisiatif mendirikan HMI hingga saat ini, melainkan harus ditarik jauh hingga ke masa pemberlakuan politik etis Pemerintah Kolonial Hindia Belanda pada akhir abad ke-19 masehi; dan bahkan ditarik hingga abad ke-13 masehi ketika pertama kali Islam masuk di bumi nusantara. Penarikan sejarah yang jauh ke belakang ini untuk menggapai makna yang lebih utuh karena makna kelahiran dan keberadaan HMI merupakan bagian integral dari semangat Islam masuk ke bumi nusantara dan semangat perjuangan kaum intelegensia muslim sebagai ‘blok historis’ yang menginisiasi kelahiran Negara Republik Indonesia pada awal abad ke-20. Peranan Islam dalam kelahiran nasionalisme ini sangat penting karena Islam merupakan media persemaian nasionalisme Indonesia itu sendiri sejak awal hingga ke depannya. George Mc. Turnan Kahin dalam buku Nationalism and Revolution in Indonesia melukiskan faktor-faktor atau kondisi awal abad ke-20 yang berperan melahirkan nasionalisme Indonesia sebagai berikut.
Pertama, munculnya gerakan Pan-Islam (terinspirasi oleh Mohammad Abduh, Kairo) yang dibawa mahasiswa yang pulang belajar. Kahin menulis:Agama Islam tidak begitu saja menyerap nurani suatu kebangsaan secara pasif. Agama ini menjadi pengadaan saluran dini dari perkembangan nasionalisme yang matang, nasionalisme modern, suatu saluran yang sampai sekarang masih sangat penting.
Kedua, lahirnya pemimpin atau elit terpelajar pribumi yang justru dilahirkan oleh pendidikan barat yang digerakkan Pemerintah Belanda sendiri. Kahin menyimpulkan: Perhatian Belanda yang terlalu besar terhadap bahaya-bahaya Pan-Islam menyebabkan mereka tidak terlalu mengacuhkan bahaya-bahaya yang terkandung dalam pergerakan Modernis terhadap rezim mereka. Sementara itu, senjata yang mereka pilih untuk memerangi Pan-Islam, yaitu pendidikan Barat, segera tumbuh menjadi mata pisau kedua yang memotong ke arah lain. Ini benar-benar merupakan suatu ironi bagi pemerintahan Belanda, karena cara-cara yang dipilih untuk membela rezim kolonial dari ancaman Pan-Islam yang dibesar-besarkan, justru berkembang ke dalam salah satu kekuatan yang paling potensial untuk mengalahkan rezim tersebut.
Ketiga, kaum terpelajar, dengan mata pisau analisa yang mereka peroleh selama pendidikan di Belanda sendiri mulai merasakan adanya ketidakberesan kondisi negaranya. Mereka juga dapat membandingkan kondisi di negeri Belanda sendiri dengan kondisi di tanah air. Mereka juga merasakan diskriminasi dalam pekerjaan di Pemerintah Hindia Belanda dan mulai tumbuh perasaan tidak menerima perlakukan tersebut. Akibatnya, mereka menuntut diperlakukan setara karena mereka pun merasa kaum terpelajar yang sederajat dengan pegawai-pegawai Belanda. Mereka tidak menerima bila gaji mereka dibayar lebih murah dari pegawai Belanda dalam pemerintahan Hindia belanda. Selain itu, Pengalaman bekerja di pemerintahan Hindia Belanda juga menumbuhkan keyakinan bahwa elit pribumi tersebut merasa yakin dan mampu memerintah bangsanya sendiri.
Tiga kondisi utama di intern (elit) masyarakat Hindia Belanda di awal abad ke-20 inilah yang mengkristalkan kelahiran atau asal mula kesadaran nasionalisme Indonesia, disamping perkembangan di Negeri Belanda dan dunia internasional. Kesadaran ini diperjuangkan melalui organisasi-organisasi pergerakan nasional yang kemudian banyak bermunculan. Senada dengan Kahin, Yudi Latif dalam Genealogi Intelegensia Muslim Indonesia Abad ke-20 menggambarkan bahwa lahirnya Republik Indonesia tidak terlepas dari terbentuknya suatu ’blok historis’ yang disebutnya kaum intelegensia muslim. Kaum intelegensia muslim inilah yang karena kesadaran atas ketertinggalan dan penderitaan rakyat Hindia Belanda ketika itu bertekad dan berjuang memerdekakan Hindia Belanda dan berhasil mendirikan Negara Republik Indonesia. Walau sampai kini HMI masih eksis sebagai sebuah organisasi berbasis ke-Islaman, ke-Indonesiaan dan kepemudaan, namun ternyata banyak sekali persoalan yang tengah dihadapi. Tentu saja agar tidak segera ajal menjemputnya harus dilakukan diagnosa untuk melakukan pengobatan dan treatment terhadapnya. Tidak tabu rasanya di hari yang bersejarah bagi awal perjuangan HMI ini seluruh kader-kader HMI mencoba untuk mendiagnosa melakukan refleksi dan evaluasi terhadap perjalanan HMI. Bahkan dirasakan kader-kader perlu melakukan otokritik terhadap dirinya agar HMI bisa terus survive dalam kondisi kontemporernya.
  1. B.     HMI SEBAGAI HARAPAN MASYARAKAT INDONESIA
"HARI ini adalah rapat pembentukan Organisasi Mahasiswa Islam karena semua persiapan maupun perlengkapan yang diperlukan sudah beres." Demikian prakata Prof Lafran Pane membuka rapat pendirian Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), 59 tahun silam. Hari itu, Rabu, 14 Rabiul Awal 1366 H, bertepatan 5 Februari 1947 M. Rapat yang berlangsung di salah satu ruang kuliah STI (sekarang UII) Yogyakarta, disaksikan Husein Yahya (mantan Dekan Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta) yang seharusnya mengajar kuliah tafsir, mengesahkan berdirinya (Hariqo Wibawa Satria;2010). 
Pada dies natalis pertama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Yogyakarta 1948 Jenderal Besar Soedirman menumpukan harapannya kepada HMI tidak hanya sekedar menjadi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) akan tetapi juga menjadi Harapan Masyarakat Indonesia (HMI). Begitu besarnya harapan Jenderal Besar Soedirman kepada HMI sebagai organisasi mahasiswa tertua di Indonesia ini yang didirikan oleh Prof. Drs. Lafran Pane pada 5 Februari 1947 di Yogyakarta.
Sejarah mungkin berulang. Ketika seorang Jenderal besar berbicara yakni Jenderal Soedirman mengatakan “HMI bukan saja Himpunan Mahasiswa Islam, tetapi HMI juga Harapan Masyarakat Indonesia” itulah secerca harapan yang hendak penulis coba paparkan lewat tulisan ini, dimana ketika pergerakan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) beberapa puluh tahun yang silam menjadi harapan masyarakat Indonesia ketika perlawanan megusir penjajah dari bumi Ibu Pertiwi. Kader HMI yang dari dulu sampai dengan sekarang telah ikut berperan aktif diberbagai lapisan kehidupan masyarakat serta memberi kontribusi yang sangat besar pengaruhnya terhadap pembagunan di negeri ini yang tidak bisa dilupakan begitu saja dalam sejarah perjalanan bangsa ini. Lembaga yang telah banyak melahirkan para cendikiawan yang berfikir kearah perubahan ini dididik dari berbagai disiplin ilmu yang didapatkan dari perguruan tinggi yang merupakan almamaternya pertama, dan HMI sendiri sebagai almamaternya yang kedua tidak bisa melepaskan tanggung jawabnya begitu saja terhadap kemajuan umat hari ini.

  1. C.     PERAN STRATEGIS HMI di MASA DEPAN
Dalam upaya membangun dan menyiapkan sumber daya manusia berkualitas, terutama dalam menghadapi abad ke-21 ini, perguruan tinggi mempunyai perananyang amat strategis. Berarti peran dari segenap sivitas akademika, dan berarti pula paramahasiswanya. Dengan demikian, peran dan kiprah HMI akan senantiasa relevan di masa depan bila ia memusatkan perhatian pada upaya membangun sumber daya manusia berkualitas, yang dibutuhkan dalam pembangunan di abad ke-21. Dalam perspektif demikian, ada beberapa harapansaya terhadap HMI dan perannya di masa depan.
  1. 1.      Memperkuat Basis Komunitas Intelektual

Peran strategis HMI yang diharapkan adalah sebagai wahana pembinaan mahasiswa, yang bertujuan untuk melahirkan sumber daya manusia yang andal dan memiliki keunggulan. HMI diharapkan akan memberi perhatian lebih besar terhadap upaya membangun basis kelompok terdidik dan terpelajar, yang menjadi cikal bakal lahirnya sumber daya manusia berkualitas, andal, dan memiliki keunggulan. Kelompok ini dapat disebut sebagai komunitas intelektual, yang merupakan soko guru kelompok elite strategis suatu bangsa. Dalam kurun waktu yang relatif lama, HMI telah berhasil membangun tradisi intelektual yang amat baik. Tradisi ini harus dilanjutkan dan ditingkatkan lagi di masadepan.
HMI harus merupakan wahana bagi para mahasiswa untuk mengaktualisasikan potensi intelektual mereka, agar bisa berkembang dengan baik. HMI harus membuat dirinya menjadi wadah agar potensi tersebut bisa berkembang secara optimal dalam sebuah lingkungan sosial yang kondusif. Sebagai organisasi kemahasiswaan, HMI diharapkan menjadi wadah dan tempat pembelajaran di luar kurikulum akademik perguruan tinggi, yang memungkinkan mahasiswa mengembangkan aktivitasnya secara kreatif dan inovatif.
Sebagai institusi pembelajaran di luar kurikulum akademik perguruan tinggi, HMI dapat memberi kontribusi yang besar terhadap proses pematangan mahasiswa sebagai kelompok masyarakat terpelajar. Dengan membangun manusia-manusia terdidik melalui proses pembelajaran, pemupukan potensi intelektual dan kepemimpinan, serta penguatan kapasitas belajar secara kontinum, diharapkan HMI bisa turut melahirkan manusia-manusia unggul masa depan. Yaitu manusia-manusia yang cerdas, terampil, memiliki etos kerja tinggi, semangat dan daya juang (fighting spirit) yang bergelora, sehingga siap menyongsong kehidupan global yang sangat kompetitif itu.
  1. 2.      Mengembangkan dan Menguasai Iptek

HMI sebagai organisasi para kader pembangunan yang Islami dan berwawasan
kebangsaan, diharapkan akan terus berusaha mengapresiasi secara kreatif dan inovatif berbagai gejala dan kencenderungan yang dilahirkan oleh kemajuan iptek. HMI harus dapat merespons dengan tepat tuntutan eksternal yang tidak bisa dielakkan, yaitu perkembangan global yang didominasi oleh peranan iptek secara amat kuat. Sebagai organisasi kemasyarakatan pemuda, dan sebagai bagian dari komunitas perguruan tinggi, HMI harus memelopori pengembangan budaya iptek di kalangan masyarakat.
  1. 3.      Memperkukuh Wawasan Kebangsaan
HMI juga dituntut untuk senantiasa meneguhkan dan memantapkan wawasan kebangsaan di kalangan anggotanya. Identitas Islam di dalam HMI hendaknya merefleksikan semangat dan kesadaran bahwa HMI merupakan bagian yang terintegrasi dalam masyarakat Indonesia. Dengan demikian, HMI dituntut untuk bisa melakukan sintesa harmonis antara wawasan keislaman dan wawasan kebangsaan. Islam merupakan semangat pergerakan di dalam tubuh HMI, sedangkan wawasan kebangsaan haruslah menjadi basis HMI dalam melakukan pergerakan itu. Meneguhkan dan memantapkan wawasan kebangsaan ini bukan hanya berdimensi internal, melainkan juga berdimensi eksternal yakni untuk mengantisipasi gelombang globalisasi pada abad ke-21 nanti. Peneguhan dan pemantapan wawasan kebangsaan ini, selain untuk menghadapi tantangan globalisasi, juga agar keutuhan kita sebagai bangsa tetap terpelihara dan terjaga dengan baik. Meneguhkan dan memantapkan wawasan kebangsaan dalam era globalisasi ini sungguh penting, karena ada potensi nilai-nilai kebangsaan terdesak karena menguatnya nilainilai universal. HMI dapat berperan besar dalam usaha kita untuk terus menerus memupuk dan memperkukuh wawasan kebangsaan dalam masyarakat Indonesia yang sangat majemuk itu.
  1. 4.      Memperkuat Basis Kepemimpinan
Sebagai organisasi mahasiswa, HMI merupakan lembaga strategis wadah pembentukan kepemimpinan. Bangsa kita membutuhkan pemimpin-pemimpin yang tangguh dan memiliki visi yang jelas tentang pembangunan nasional dan masa depannya. Kepemimpinan yang tangguh dan bervisi itu tidak bisa lahir secara tiba-tiba, tetapi harus melalui suatu proses; ada masa penempaan, penggodogan, dan pengujian, baik ketika masih menjadi mahasiswa maupun sesudah terjun ke masyarakat. HMI yang telah terbukti merupakan wadah kelahiran pemimpin-pemimpin di masa lalu, diharapkan dapat terus menjadi kancah dan medan penempaan, penggodogan, dan pengujian bagi calon-calon pemimpin bangsa di masa depan yang kualitasnya sesuai untuk menghadapi tantangan masa depan, yang tidak sama dengan masa lampau atau masa kini.










  1. V.     KESIMPULAN DAN PENUTUP

  1. A.   Kesimpulan
            Rekontruksi Gerakan Pemuda dalam Upaya mengembalikan masa depan bangsa yang di nantikan keberadaanya dalam perwujudan kehidupan bangsa dan Negara Indonesia karena pemuda merupakan pewaris sejarah Bangsa yang mempuyai kesempatan dan kemamuan yang sangat tinggi yang memiliki peran sentralnya dalam berbangai bidang untuk kemajuan  antara lain :
  1. 1.       Pemuda dan Mahasiswa harus sebagai agen perubahan
  2. 2.       Pemuda harus bersatu dalam kepentingan yang sama
  3. 3.       Mengembalikan semangat nasionalisme dan partriotisme di kalalangan generasi muda
  4. 4.       Menguatkan semangat nasionalisme tanpa harus tanpa harus meninggalkan jati diri daerah
  5. 5.       Perlunya kesepahaman bagi pemuda atau generasi muda dalam melaksanakan agenda-agenda perubahan.
  6. 6.       Pemuda memjadi actor untuk mewujudkan demokrasi politik dan ekonomi yang sebenarnya.
  7. 7.       Pemuda atau generasi muda harus dapat memaikan perannya sebagai kelompok penekan atau pressure group.

  1. B.   Penutup
Demikianah makalah yang dapat saya sampaikan mudah-mudahan dapat mempuyai manfaat dan mohon maaf apabila adanya sebuah kesalahan.





  1. VI.              TENTANG PENULIS

Pebriyansah , merupakan kader HMI cabang Payakumbuh mengikuti latihan kader sejak semester I tepatnya Di politeknik pertanian Universitas Andalas Payakumbuh. Setelah pasca Lk I aktif mengikuti dan menjadi kepanitian Baik di dalam HMI misalnya kepanitian Lk I dan seminar serta traning-traning yang di adakan di HMI dan di amanahkan sebagai departemen Pembinaan anggota HMI cabang Payakumbuh. Organisasi baginya merupakan kampus kedua selain kuliah, dalam kampus juga aktivis sebagi Pengurus Organisai di Badan Eksekutif Mahasiswa sebagai staf departemen Luar Negeridan aktif  mengangkatkan kepanitian pada setiap kegiatan yang ada. Dalam kongres di Depok HMI yang ke 27 menjadi utusan Pengembira. Dalam aktivitas setiap minggunya terlibat dalam diskusi mingguan di TV Lokal dengan berbagai tema. Sebangai motto berorganisai niatkanlah sesuatu dengan iklas.










  1. VII.           DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an Karim dan Terjemahanya
Wibawa, Satria Hariqo.2010. Larfan Pane jejak Hayat dan Pemikiranya. Jakarta .Linkar
Hakim, Hasibuan Lukaman.2003. Pertarungan Belum Usai . Jakarta. PT. Bina Rena Pariwara.
Tanja,Victor.1991.”Sejarah Dan Kedudukannya Ditengah Gerakan-Gerakan Muslim     Pembaharuan Di Indonesia.Jakarta:Pustaka Sinar Harapan.
Azra,Azyumardi.2000. Islam subtantif. Jakarta. Mizan
Ginanjar, Ary Agustrian.2009.Rahasia sukses membangun kecerdasan Emosi dan Spritual.Jakarta. Arga
Manbayu,Hetta.2010. Peran Kongkrit Mahasiswa & Pemuda dalam Upaya membangun daerah di era otonomi. Payakumbuh. Kahmi lima Puluh Kota
Sitompul,Agussalim.1986. Pemikiran HMI dan Relevansinya Dengan Sejarah            Perjuangan Bangsa Indonesia.  Jakarta. Penerbit Intergrita Dinamika Press.