प्रोसोसल इल्मु तेरापन 2010

प्रोसोसल इल्मु तेरापन 2010

LOMBA ILMU TERAPAN MAHASISWA








KOTAK MESIN PEROTOK PADI (THRESHER) HASIL MODIFIKASI
DENGAN KECEPATAN MAKSIMAL




Diusulkan oleh :

Ketua : JONI IRFAN
BP. : 091312045
PS : BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN


Anggota :
Nama : PEBRIYANSAH
BP. : 0911323011
PS : MANAJEMEN PERKEBUNAN





POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH
SUMATERA BARAT
2010



II. LEMBAR PENGESAHAN

1. JUDUL : KOTAK MESIN PEROTOK PADI (THRESHER) HASIL MODIFIKASI DENGAN KECEPATAN MAKSIMAL

2. Ketua Pelaksana :
a. Nama Lengkap : JONI IRFAN
b. NIM / NBP. : 091312045
c. Jurusan/Program Studi : BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
d. Universitas/Politeknik : POLITEKNIK NEGERI PAYAKUMBUH
e. Alamat Rumah/Telp/Fax : 085666055338

3. Anggota Pelaksana : 1 orang

4. Dosen pendamping :
a. Nama Lengkap dan gelar : HENDRA ALFI, SP. MP.
b. NIP. : 19770514 200604 1 003

5. Biaya Kegiatan Total :
a. DIPA Politani : Rp. 4.500.000,-
b. Sumber lain : Rp. 150.000,-
Jumlah : Rp. 4.650.000,-


6. Jangka Waktu : 3 Bulan


Tanjung Pati, 25 juni 2010
Menyetujui :
Ketua Jurusan Budidaya Tanaman perkebunan


Ir. NELSON. Msc
NIP. 195905051987031004
Ketua Pelaksanan,



Joni Irfan
NIM. 091312045

Mengetahui :
Pembantu Direktur III
Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh



Ir. Yudistira. Msi
NIP. 19060102719870310004

Dosen Pendamping :





HENDRA ALFI, SP. MP.
NIP. 19770514 200604 1 003


A. Judul Program

KOTAK MESIN PEROTOK PADI (THRESHER) HASIL MODIFIKASI DENGAN KECEPATAN MAKSIMAL


B. Latar Belakang Masalah

Banyak keluhan dari para petani padi yang menganggap masa pemanenannya terlalu memakan waktu. Terutama dalam proses perotokan buah padi. Perotokan buah membutuhkan banyak tenaga dan biaya yang besar untuk upah buruh. Karna hal itu terlalu memakan waktu maka kwalitas dan mutu padi menurun. Dan menibulkan kerugian bagi petani padi.
Proses perontokan padi adalah aktivitas kerja dari sebuah sistem manusia-mesin yang dilaksanakan secara manual. Disini kinerja proses akan sangat tergantung pada sepenuhnya pada manusia, baik dalam hal penggunaan tenaga maupun pengendalian kerja. Kegiatan pemanen padi yang banyak membutuhkan sebuah alat bantu guna mempercepat pelaksanaan pemanenan dan menghemat tenga, maka dari itu di perlukan suatu alat yang bisa menagatasi permasalahan tersebut.
Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan diciptakan sebuah mesin yang berfungsi sebagai pemisah buah padi dari jerami. Mesin yang dirancang berupa kotak yang memiliki meja yang berguna untuk meletakan padi yang akan dirontokan. Namun hal tersebut belum dapat teratasi sebagaimana yang diharapkan.
Menurut para petani mesin yang selama ini mereka gunakan terlalu berat dan sulit untuk dioperasikan, sehingga membutukan tenaga yang banyak. Mesin yang selama ini mereka gunakan sering kali tersendat, membawa buah padi keluar bersama jerami dan terlalu banyak meninggalkan ampas jerami, sehingga sulit untuk dibersihkan. Dikarnakan mesin yang mereka pakai tersebut terlalu banyak kendala, sehingga mesin tersebut tidak terlalu dipakai oleh petani. Untuk mengatasi permasalahan ini mereka sangat menginginkan mesin yang mempunyai tenaga yang cepat dan efisien.




C. Perumusan Masalah
Perontokan buah padi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan pada pasca panen, namun hal ini banyak mengalami permasalahan dari petani. Permasalah ini timbul, dikarnakan cara pengolah yang masih tradisional. Diaantaranya dengan cara diinjak atau diiles dan cara dipukul atau dibanting. Cara tersebut umumnya dilakukan oleh petani daerah. Menurut para petani dengan cara ini cukup memakan waktu, tenaga kerja, dan dana yang cukup besar. Ditambah lagi pada saat sekarang ini tenga yang dibutuhkan cuku sulit. Permasalahan lainnya yaitu resiko kehilangan hasil padi cukup besar. Maka oleh sebab itu dibutuhkan alat untu membantu perotokan padi.
Thresher merupakan alat yang dirancang untuk membantu petani dalam perotokan padi, namum thresher yang dipakai para petani banyak ditemui kendala. Kendala tersebut tiimbul dari rancangan kotak thsher tersebut. Kendala yang timbul yaitunya:
a) Rancangan yang terlalu berat membuat petani mengalami kesulitan dalam pengangkutan yang jauh.
b) Rancangan kipas pendorong jerami keluar yang sempit, sering mengakibatkan tersankutnya jerami didalam thresher, sehingga sulit untuk dikeluarkan.
c) Seringnya thesher membawa padi keluar bersama jerami, resiko hilangnya hasil panen lebih besar.
d) Kerja yang lambat, yaitunya banyak memakan waktu untuk mengoperasikan thresher, kalaw dibandingkan dengan tenaga manusia masih sama.
e) Kerja yang tidak bersih, madsudnya, susahnya petani waktu membersihkan sisa daunan dan batang padi yang terlalu halus dipotong oleh thresher, sehingga gigi yang berfungsi sebagai pemotong hharus dikurangi.
f) Dan pendeknya lemparan jerami keluan dari thresher, sehingga petani harus sering untuk mendatarkan tumpukan jerami, kalaw hal tersebut tidak dilakukan maka tumpukan akan jatuh pada padi yang sudah dirontok.
g) Untuk menjadi thresher berja obtimal harus harus dilakukan perombakan, perobakan ini tidak bisa dilakuakan pada bengkel sembarangan, namum pada bengkel yang sudah mengetahui. Dan untuk perombakan ini dibutuhkan dana yang cukup besar.
dikarnakan banyaknya masalah pada thresher yang ada pada petani, sehingga membuaat petani untuk malas memakai thresher.
Permasalahan itu sudah dapat terpecahkan dengan dirancangnya kotak thresher yang berkerja cepat, ringan, hasil bersih (tidah terlalu halusnya potongtan jerami didalam thresher, kipas pendorong yang cukup besar, sehingga tidak terjadinya penyakutan jerami didalam, tidak adanya padi yang terbawa bersama jerami keluar (resiko hilangnya hasil panen berkurang), dan lemparan jerami keluar thresher jauh (tidak memungkinkan jerami untuk jatuh ke padi yang selesai dirontok).
Menurut hasil uji coba dilapangan didapatkan hasil perbedaan antara tenaga manusia, thesher yang biasa digunkan petani, dengan hasil thresher yang sudah modifikasi ulang. Hal tersebut terlihat pada tabel berikut ini:

No Cara pengerjaan Tenaga kerja Hasil/ ton Lama pengerjaan Biaya (Rp) Risiko hilangnya hasil panen
1 Diiles atau dipukul 6 2,5 ton 8 jam 300.000 11,5 %
2 Thesher yang biasa digunakan 4 2,5 ton 6 - 7 jam 250.000 10 %
3 Thresher hasil modifikasi 4 2,5 ton 2 – 2,5 jam 150.000 0 – 5 %


D. Tujuan


a. Memudahkan petani padi dalam melakukan perontokan padi
b. Penghematan tenaga kerja dan biaya dalm perontokan padi
c. Mepercepat keluarnya padi yang dipanen dari sawah tanpa mengurangi mutu dan kwalitas dan
d. Membantu petani dalam pengoprasionalan alat.


E. Luaran yang Diharapkan
(Uraian Gambaran Ringkas Teknologi yang akan diterapkan)

Dari penerapan inovasi ini diharapkan mesin perotok padi thresher hasil modifikasi dengan kecepatan maksimal (lampiran 1) mampu menghadapi prmasalahan yang dihadapi petani dalam kegiatan pemananenan padi, sehingga dapat membantu petani dalam proses pemanenanyang lebih efisen dan efektif. Alat ini dapat menekan biaya pemanenan, karena tenaga yang digunakan tidak terlalu banyak. Dalam menggunakan alat ini tidak memakan waktu yang cukup banyak, sehingga dapat mempercepat proses pemanenan. Dengan alat ini hasil gabah yang diharapkan lebih bersih dan tidak banyak yang tersisa tangkai padi. Alat juga dapat mengurangi resiko kehilangan hasil panen. Alat ini tidak terlalu sulit dalam peroprasionalannya, karena alat ini fleksibel dan cukup ringan untuk dibawa jauh ketengah sawah dan pengungkutan dijalan lebih mudah, karena dilengkapi dua roda.

F. Kegunaan

a. Untuk merotok padi dengan cepat dan maksimal
b. Untuk membersihkan debu dan sisa daun padi

G. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian pasca panen

Menurut keputusan Menteri Presiden Indonesia No 47 tahun 1986, yang dimaksud dengan pasca panen hasil pertanian adalah tahapan kegiatan mulai dari pemungutan hasil l pertanian tersebut sampai hasil pertanian tersebut siap dikosusumsi. Berdasarkan pengertian tersebut maka tahapan kegiatan panen dalam pasca panen. Adapun yang dimaksud dengan yangdimaksud dengan penanganan pasca panen adalah tindakan yang dilakukan atau disiapkan pada tahap pasca panen agar hasil pertanian dapat dikosusumsi (Dr. Ir. Suparyono,1997).
Penangan pasca panen meliputi semua kegiatan perlakuan dan pengolahan lansung terhadap hasil pertanian yang karena sifatnya harus ditangani agar hasil pertanian agar hasil pertanian mempunyai daya simpan dan daya guna yang lebih tinggi. Kegian pasca panen tersebut meliputi kegiatan pemanenan, pengawetan, pengeringan, pengeringan, penyimpanan, pengolahan, pengemasan transportasi, dan standarlisasi (Dr. Ir. Suparyono,1997).

2. Cara perotokan gabah
Cara-cara perotokan gabah yang umum dikerjakan, yaitunya dengan cara dinjak-injak (diiles), dibanting, dipukul/ditumbuk, dengan mengunakan pedal thesher atau alat perotok yang digunakan dengan kaki, dan mengunakan alat perontok mekanis (thresher) (Ir. A.G. Kartasapoetra,1989)
Cara perotokan dengan diinjak-injak/diiles. Untuk perkerjaan ini disediakan terlebih dahulu alas (tikar), tempatkan potongan potongan-potongan tangkai gabah diatasnya, selajutnya dinjaka-injak (diiles) sehingga gabah-gabah terlepas dari tangkainya, tangkai kemudian dilpisahkan dari gabahnya. Dapat pula dibuat meja pengiles, ukuran panjang 2 m, lebar 1m, bagian atasnya diberi berlubang-lubang dan sisinya agak ditinggikan untuk menahan gabah berjatuhan ke bagian samping. Dibawah meja disiapkan tikar sebagai penampung gabah-gabah yang berjatuhan melalui lubang-lubang tadi . Potongan –potongan cabang padi ditempatkan diatas meja, lalu diinjak-injak sehingga gabah berlepasan dan jatuh ke bawah melalui lubang-lubang meja, dengan vara demikian sekaligus dapat dipisahkan antara gabah-gabah dengan jerami ( cabang-cabang tanaman) (Ir. A.G. Kartasapoetra,1989).
Cara perotokan dengan dipukulkan dan dibanting. Untuk perkerjaan demikian selain diberi pengalas tikar , sekeliling alas itu dikelilingi lembaran plastik atau anyaman bambu atau tikar, dengan demikian pada waktu pembatingan atau dipukul-pukulkan, dengan cara demikian jarang sekali butir-butir gabah yang akan terlempar keluar pembatas, sehingga kehilangan dapat ditekan atau dicegah (Ir. A.G. Kartasapoetra,1989).
Cara perontokan dengan menggunakan mesin thresher. Cara ini adalah cara mekanis. Thresher dapat berupa pedal thresher ( digerakan dengan tenaga manusia) dan drum thresher (digerakan dengan tenaga listrik atau mesin) atau Combine Harvester. Pedal thresher telah banyak digunakan oleh petani (Ir. A.G. Kartasapoetra,1989).

3. Sekilas tentang perotok gabah (Thresher)
Jenis padi yang ditanam indonesia ada 2 macam, yaitu padi bulu dan padi tidak berbulu ( padi cere ). Padi bulu umumnya tidak mudah rontok, dituai secara gedengan (buliran), dan dirontok ketika hendak digiling menjadi beras. Padi cere mudah rontok , biasanya dipotong dengan tangkai pendek atau pada pangkal batang, kemudian barulah dirontok.
Peningkatan kualitas hasil dengan upaya menekan kehilangan dan kwalitas produksi tanaman pangan, khususnya komuniti padi terus digalakkan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan dan melestarikan swasembada beras yang telah dicapai pada tahun 1984. Pemerintah telah berupaya menyebar luaskan informasi teknologi perbaikan penangananan pasca panen melalui forum kampanye pasca panen, pendidikan dan latihan serta forum-forum lain yang menunjang aktivitas perbaikan penangan pascapanen. Tahap keberhasilan upaya tersebut dapat dilihat dengan terus meningkatnya penggunaan alsin pasca panen untuk kagiatan para petani, salah satunya penggunaan thresher (Idro Purwuno,1992).
Thresher merupakan alsin yang sudah tidak asing lagi dalam penangan pasca panen untuk kegiatan perontokan padi. Kemajuan pengguanaan thresher oleh petani perlu juga diimbangi dengan kemajuan penyerapan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), khususnya dalam perontokan padi, terutama bagi mahasiswa pertanian, para petugas penyuluh lapangan pertanian (ppl), dan terlebih lagi para petani, serta serta mereka-mereka yang terkait dalam produksi pertanian. Dengan demikian mempermudah pencapaian dan peningkatan hasil guna dan daya guna penggunaan thresher. Penggunaan thresher yang telah mencapai hasil guna dan daya guna akan membantu penekanan besarnya kehilangan yang terjadi selam proses perotokan padi. Menurut hasil survey persentase kehilangan perontokan secara tradisional (11,8%) lebih besar dari penggunaan thresher ( 5,05 %— 8,00%) (Idro Purwuno,1992).

4. Macam-macam thresher
I. Menurut tenaga pengerak dan cara kerjanya, thresher padi dapat dibedakan atas tiga:
a) Pedal thresher
1) Pedal thresher adalah alat protok yang digerakan oleh kaki operator. Pada saat perontokan, padi dipegang dan bagian malai diumpankan pada bagian atas selinder perontok yang berputar. Untuk memudahkan perontokan, tangkai padi harus panjang (panen potong bawah menimal potong tengah).
2) Untuk menggerakan atau memutar selinder perontok, pedal dan selinder perontok dihubungkan dengan dua cara:
a. Menggunakan sistem rantai atau gear sepeda (free wheel) dan pegasnya digunakan karet.
b. Mengunakan engkol dan tanpa pegas, dengan pedal dan selinder perontok dihubungkan dengan dua tuas atau tangkai engkol dari besi kontruksi (besi beton).
3) Pedal thresher dilengkapi dengan unit pemisah (separator) maupun init pembersih (cleaner).
b) Power Thresher
1) Power thresher merupakan alat perotok yang digerakan oleh motor bahan bakar atau motor listrik melalui sistem transmisi.
2) Pengumpanan padi yang dirontokan dengan cara memegang tangkai padi dan bagian malai diletakan dibawah atau diatas selinder perontok.
3) Cara pengumpanan lain yang dapat dilakukan adalah dengan dengan padi ke ruang perontok.
4) Pada umumnya power thresher sudah dilengkapi dengan unit pembersih berupa saringan dan kipas penghembus untuk memisahkan tangkai atau jerami, daun, dan gabah hasil perontokan.
c) Automatic Thresher
1) Automatic thresher merupakan alat perontok berpenggerak motor (power thresher) yang telah disempurnakan dengan menambah alat pengumpan otomatis.
2) Alat pengumpan otomatis berupa seperangkat allat yang terdiri dari rantai (bergerak paralel dengan selinder perontok), spring (pegas) dan rail ( semacam batangan logam yang menekan rantai)
3) Alat ini juga disebut Axial Flow Thresher, dengan kecepatan perontokan relatof tetap dilihat dari segi pengumpanannya.

II. Menurut pengumpanannya, thrasher dibedakan menjadi dua:
a) Bahan umpan dipegang (hold on)
1) Tangakai padi dipegang dan malai diletakandiatas silinder perontok (misalnya pedal thresher) atau dibawah selinder perontok (misalnya power thresher).
2) Untuk memudahkan pengumpanan, panjang pemotongan padi (saat panen) agak kebawah, dengan panjang dari ujung tangkai menimal 50 cm.
b) Bahan umpan dilepas (trow in)
1) Pengumpanan dilakukan dengan melepas padi kedalm ruang perontok.
2) Mengingat cara pengumpanannya, maka diusahakan agar panjang jerami sependek mungkin, karena panjang jerami akan mempengaruhi kasitas perotokan.

III. Menurut pemisahan hasil perontokan, thresher dibedakan menjadi tiga:
1) Pemisahan dengan tangan (hand chaff diposing type)
2) Pemisahan jerami dengan sendirinya (self chaff diposing type)
3) Pemisahan otomatis ( autoamatic chaff disposing type)

H. Metoda Pelaksanaan
1) Ruang lingkup proyek, tempat dan waktu
Dalam pembuatan mesin perontok gabah ini akan dilaksanakan di bengkel yang bertempat di desa Aia Tabik kecematan Kamang Magek kabupaten Agam provinsi Sumatra Barat.

2) Alat dan Bahan
a. Alat
pada pelakasanan kegiatan ini diperlukan alat-alat yang dibutuhkan yaitunya las karbit, mesin bubut, las listrik, gergaji besi, pahat besi, rol, meteran, siku-siku, martil, kunci 14 dan 12, tang,gerinda, mesin bor tangan, jangka besi dan obeng.

b. Bahan
Dalam hal ini, bahan yang diperlukan yaitunya elektroda (las listrik), karbit, gas oksigen ( las karbit), plat, drum, dinding kulkas bekas, pipa, besi siku, besi kontruktor ( besi baigol ukuran 6 mm), paku tembak, besi pita (besi pita), besi as, roda sepeda motor ukuran 17 ukuran depan,as roda, baut 14 hitam ukuran 10 inci, baut 12 kuning ukuran 6 inci, cat hamerton, kuas ukuran 6 inci, dempol besi, poli, klahar as dan klahar roda.

3) Kegiatan yang dilaksanakan
Kegiatan ini akan dilaksanakan selama 3 bulan. Pembuatan dimulai dari pengumpulan bahan, pembentukan karangka dan bodi sampai perakitan, pengecatan dan uji coba lapangan.

a) Pengumpulan bahan
Pengumpulan bahan dilakukan dengan cara membeli bahan ketoko besi dan toko pelengkapan mesin.

b) Pembentukan kerangka, bodi dan perakitan
Pembentukan kerangka dan bodi ini dilakukan setelah semua bahan terkumpulkan. Kegiatan ini dilakukan secara bertahap, mulai dari pembentukan kerangka, dan diteruskan dengan pembentukan bodi, setlah barulah dialakukan perakitan.

c) Pengecatan
Pengecatan dlakukan setelah perakitan sudah selesai atau bentuk dari thresher sudah selesai. Paengecatan diawali dengan mendempol bagian traiser yang kosong untuk memperhalus bagian yang tajam dan menjaga kerapian, setelah pendempolan selesai digosok dengan bagian dempol yang menonjol dan mebersihkan permukaan thresher yang berkarat supaya cat terjaga keawetan, setelah pangosokan selesai barulah dilakukan pengecatan. Dalam pengecatan thresher di cat atas 2 tahap, yaitu:
a. Tahap pengecatan dasar, adalah mempolesi seluruh permukaan thresher denga cat anti karat. Tujuan pengecatan ini untuk menjaga keawetan thresher.
b. Tahap pengecata sempurna, pada tahap ini seluruh permukaan thresher dicat dengan cat yang mengkilat, tujauan untuk menampilkan thresher menarik untuk dilihat.

d) Uji coba lapangan
Uji coba lapangan dilakukan pada sawah petani yang sedang panen.

I. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan pembuatan thresher ini diperkirakan dalam tabel berikut ini:


NO KEGIATAN WAKTU MENGERJAKAN
1 Pengumpulan bahan 5 hari
2 Pembentukan kerangka, bodi dan perakitan 2 bulan
3 Pengecatan 3 hari
4 Uji coba lapangan 7 hari






J. Perkiraan Biaya
1. Biaya sarana produksi

a) Rencana kebutuhan biaya alat

no Nama alat satuan Jumlah alat Harga/unit
(Rp) Harga keseluruahan
(Rp)
1 Obeng Buah 1 15.000,- 15.000,-
2 Martil Buah 1 20.000,- 20.000,-
3 Mata bor Buah 3 20.000,- 60.000,-
4 Tangkai gergaji besi Buah 1 40.000,- 40.000,-
5 Kunci 14 Buah 1 20.000,- 20.000,-
6 Kunci 12 Buah 1 15.000,- 15.000,-
7 Rol besi Buah 1 10.000,- 10.000,-
8 Meteran Buah 1 10.000,- 10.000,-
9 Siku-siku Buah 1 10.000,- 10.000,-
10 Batu gerinda buah 3 5.000,- 15.000,-
11 Mata gergaji besi buah 2 10.000,- 20.000,-
Jumlah 235.000,-


b) Rencana kebutuhan sewa peralatan
No Nama peralatan yang disewa Lama penyewaan Biaya penyewaan /hari (Rp) Biaya
(Rp)
1 Las karbit 2,5 bulan 7.000,- 525.000,-
2 Las listrik 2,5 bulan 6.500,- 487.500,-
3 Mesin bor 2,5 bulan 4.500,- 337.500,-
4 Mesin gerinda 2,5 bulan 4.500,- 337.550,-
5 Sewa mesin untuk uji coba 2 hari 30.000,- 60.000,-
Jumlah 1.747.550,-


c) Rencana kebutuhan biaya bahan

No Nama bahan Satuan Jumlah/ satuan Harga/satuan
(Rp) Jumlah keseluruhan
(Rp)
1 Karbit Kg 10 15.000,- 150.000,-
2 Gas oksigen Tabung 1 110.000,- 110.000,-
3 Elektroda Kotak 2 105.000,- 210.000,-
4 Besi siku kg 50 2.000,- 100.000,-
5 Plat 2 mm Helai 1 200.000,- 200.000,-
6 Plat 2,5 mm Helai 1 250.000,- 250.000,-
7 Plat drum Helai 1 100.000,- 100.000,-
8 Dinding kulkas kg 20 2000,- 40.000,-
9 Pipa Batang 1 200.000,- 200.000,-
10 Roda depan sepeda motor Buah 2 100.000,- 200.000,-
11 Besi as Meter 1 100.000,- 100.000,-
12 As roda Meter 1 75.000,- 75.000,-
13 Klahar as Buah 2 50.000,- 100.000,-
14 Klahar roda Buah 4 25.000,- 100.000,-
15 Besi gepeng Batang 6 20.000,- 120.000,-
16 Besi kontruktor Batang 5 35.000,- 175.000,-
17 Baut 14 hitam 4 inc Buah 52 2.500,- 130.000,-
18 Baut 12 kuning 2 inc Buah 16 1000,- 16.000,-
19 Paku tembak Kg 1 20.000,- 20.000,-
20 Poli Buah 1 125.000,- 125.000,-
21 Cat hemerton Kg 1 45.000,- 45.000,-
22 Dempol Kg 1 40.000,- 40.000,-
Jumlah 2.606.000,-




c) Rencana Rekapitulasi


No Jenis pembiayaan Biaya ( Rp)
1 Biaya alat 235.000,-
2 Biaya sewa alat 1.747.550,-
3 Biaya bahan 2.206.000,-
4 Biaya tenaga kerja 250.000,-
5 Biaya lain-lain 150.000,-
Jumlah 4.588.550,-



K. Daftar Pustaka

Kartasopoetra, A. G, 1989. Teknologi penanganan pasca panen. Jakarta : Bina Aksara

Suparyono. dan Agus Setyono, 1997. Mengatasi permasalahan Budidaya padi. Jakarta : penebar swadaya

B. Paimin, Farry dan Murhananto, 1999. Pengolahan perdagang.
Jakarta : Penebar Swadaya

Hardjosentono, Mulyono, Wijato, Elon Rachlan, I. W Badra dan R. Dadang Tarmana , 1978. Mesin-mesin pertanian. Jakarta : Cv Yagaguna

Purwono, indro, 1992. Mesin perontok padi. Semarang : Karnisius









Lampiran 2

Biodata Dosen Pendamping


1 Nama lengkap : HENDRA ALFI, SP. MP.
1 NIP : 19770514 200604 1 003
2 Tempat, tanggal lahir : Sei. Putih, 14 Mei 1977
3 Pangkat/Gol : Penata Muda TK.I (Gol. III/b)
4 Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
5 Program Studi/Jurusan : Budidaya Tanaman Perkebunan
6 Jenis kelamin : Pria
7 Agama : Islam
8 Status Perkawinan : Menikah (1 putra, 2 putri)
9 Alamat rumah : Jalan Mesjid Nurul Yakin, Kandang lamo-Sarilamak, Kec. Harau, Kab. Limapuluh Kota, Sumatera Barat. HP. 081363034822.
Email: hendraalfi@yahoo.com

1.1. Pendidikan
No Nama Pendidikan Jurusan Tanda Lulus/Ijazah/Th Tempat
1 Fakultas Pertanian, Univ. Islam Sumatera Utara (S1) Agronomi Berijazah - 2001 Medan
2 Program Pascasarjana Univ. Andalas (S2) Agronomi Berizajah - 2005 Padang
3 Program Pascasarjana Univ. Andalas (S3) Agronomi Masih Pendidikan Padang

1.2. Penataran/Training
No Nama Penataran/Training Tempat Waktu Kedudukan
1 Magang Kultur Jaringan Tanaman, BALITBU Tropika Solok, Mei-Juli 2007 Solok 2007 Peserta
2 Pendidikan dan Latihan Ilmu Pemuliaan Mutasi, BATAN, 27-30 Agustus 2007 Jakarta 2007 Peserta
3 Pelatihan Pengoalahn Hasil Pertanian Non Pangan Untuk Guru SMK Negeri Pangkalan, Kab. Limapuluh Kota. 26-30 Desember 2007 Payakumbuh 2008 Narasumber
4 Lokakarya Proposal Penelitian Dosen Mudan dan kajian Wanita. Lemlit Unand. 11 Desember 2007 Padang 2007 Peserta
5 Lokakarya Proposal Penelitian Fundamental dan Hibah Bersaing., Lamlit Unand. 12 Desember 2007 Padang 2007 Peserta
1.3. Riwayat Pekerjaan
No Kegiatan/Pekerjaan Instansi Tahun
1 Staf Pengajar di Faperta Univ. A-Azhar Medan Al Azhar Medan 2002 - 2006
2 Staf Pengajar di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Politani Payakumbuh 2006 - Sekarang
II PENELITIAN
No Judul Tahun
1 Pengaruh beberapa macam media basal dan antioksidan terhadap daya inisiasi biji Mangga Tarusan (Mangifera indica L.) secara in vitro. 2005
2 Pengaruh penambahan NAA dan kinetin terhadap pertumbuhan eksplan epikotil Mangga Tarusan (Mangifera indica L.) secara in vitro. 2005
3 Inisiasi proembriogenesis somatik kakao secara in vitro 2008


Tanjung Pati, 25 Juni 2010




Hendra Alfi, SP. MP
NIP 19770514 200604 1 003